Sabtu, 26 Oktober 2013

KARYA ILMIAH 6



PEMBANGUNAN EKONOMI YANG BERKEADILAN SOSIAL
(KASUS NEGARA NEGARA SEDANG BERKEMBANG)



(Materi Diskusi)








Oleh : Muh. Abdul Halim, SE)










PERGURUAN TINGGI MUHAMMADIYAH
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AHMAD DAHLAN
JAKARTA

 
Januari 2006
BAB I  
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Indonesia mewarisi sejarah panjang dalam pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat dimana sejarah dimulai dari kekuasaan adat dan kerajaan yang kemudian memasuki masa panjang penjajahan selama tiga setengan abad, sehingga hal ini melahirkan berbagai pola pengembangan dan pengelolaan yang beragam pula terhadap asset negara dan semua sumber daya yang ada.
Dalam perspektif penguasaan asset produktif terutama sumber daya alam terdapat tiga kelompok yang sering disebut sebagai pemilik dari asset produktif tersebut, yaitu adat, negara dan privat/personal. Dalam hal kepemilikan secara adat dan negara kita pernah mengalami sejarah panjang perburukan ekonomi yang mana pembangunan yang tidak merata dan banyaknya wilayah yang amat terpencil jauh dari pemerataan pembangunan ekonomi. Ditambah lagi perubahaan kekuasaan dari skala lokal sampai dengan pemerintahan kolonial yang pada intinya mementingkan keuntungan satu pihak yang berkuasa saja.
Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang baik dari segi ekonomi, pendidikan, budaya, sosial serta tata kehidupan yang lain merasa harus ikut andil dalam menyongsong era globalisasi ke 10 tahun mendatang, berbagai usaha dilakukan untuk pencapaian pembangunan tersebut, diantaranya mengikuti kemajuan dunia dengan ikut andil dalam berbagai konferensi tingkat tinggi dan ikut dalam berbagai assosiasi. Mulai dari ASEAN, KKT RIO, UNI EROPA, PBB dan sebag^inya. Dengan mendapat berbagai masukan dan perjanjian antar negara, Indonesia berusaha untuk menjadi negara yang makin berkembang dan perbaikan disegala segi bidang kehidupan. Sejak proses globalisasi mulai berlangsung, kondisi kehidupan di hampir semua Negara terkesan meningkat, apalagi jika diukur dengan indikator - indikator lebih luas. Namun seringkali pula peningkatan itu hanya ada dalam hitungan - hitungan di atas kertas. Negara - Negara maju dan kuat memang bisa meraih keuntungan, tapi tidak bagi negara - negara berkembang. Sehingga kita tidak bisa mengabaikan dampak dari ekses globalisasi bagi bangsa Indonesia, dampak negative yang ditimbulkan dari kemajuan globlasisasipun makin mencuat kepermukaan yang tidak bisa kita acuhkan, ketidak seimbangan dari keduanya akan makin memperburuk keadaan bangsa kita baik dari kacamata sosial ekonomi maupun dari sendi kehidupan yang lain. Fakta - fakta yang ada harus menjadi landasan untuk memperbaiki sistem di Negara Indonesia sehingga kita dapat menyongsong era kedepan secara bersama - sama secara berkeadilan sosial.

B.     Permasalahan
Demi mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, berbagai strategi digunakan untuk percepatan pertumbuhan ekonomi, antara lain kita mengadakan kerjasama dengan berbagai negara secara meluas dan merata dan berbagai sektor dan layanan sosial lainnya. Akan tetapi dalam pelaksanaan tersebut terkadang tidak memperhitungkan secara matang akan dampak yang akan timbul, seperti yang dibicarakan dalam KTT RIO di New York tahun 1997, bahwasanya dalam pelaksanaan paradigma pembangunan berkelanjutan tersebut seringkali mengabaikan lingkungan yang dianggap faktor eksternal dan penggunan pola produksi dan konsumsi yang tidak ramah lingkungan yang oleh negara kita sampai saat ini masih dipertahankan. Dan yang lebih mengejutkan kita dengan bangga mengikuti jalan yang ditempuh oleh negara-negara maju yang aspek kehidupan yang ditempatkan pada imperative ekonomi, segala instirusi sosial, termasuk pendidikan dan kebudayaan dirancang sedemikian rupa yang intinya untuk kepentingan ekonomi semata sehingga bisa ditebak aspek-aspek lain termasuk sosial budaya dan Mngkungan dikorbankan demi imperative ekonomi ini, dan bukannya di integrasikan ke dalam pembangunan ekonomi sebagaimana mestinya sesuai dengan tujuan pembangunan negara-negara yang sedang berkembang. Tergusurnya kekayaan budaya masyarakat lokal yang tidak bisa terakomodasi dalam pacuan mengejar ketertinggalan ekonomi, sehingga yang dicapai adalah sebuah standar kehidupan material yang semu, sementara kualitas hidup manusia semakin memprihatinkan. Sebagai contoh nyata efek dari perubahan kebudayaan dan sosial dari pola makan kita yang lebih senang makanan jenis junk food atau makanan sampah seperti ayam goreng cepat saji atau jenis pizza, padahal dari catatan terdahulu ibu - ibu kita adalah ibu yang kreatif berbagai jenis makanan yang tidak kalah- enak dan dijamin bergizi serta murah seperti pisang goreng, combro atau bala - bala, akan tetapi sekarang makanan jenis itu sudah dianggap tidak menarik dan dianggap makanan kampung yang hanya layak dikosumsi oleh masyarakat bawahan, tidak itu saja dari segi kesenangan kita lebih bahagia dan bangga bila piknik ke Dufan atau arena bermain lainnya dibandingkan berpiknik ke daerah - daerah persawahan atau perkebunan, yang mana banyak hal yang dapat kita ajarkan pada anak - anak kita dan berbagi pengalaman menarik yang lebih baik daripada hanya sekedar bermain. Negara-negara industri maju semakin gencar mengeksplotasi kekayaan negara-negara berkembang sampai tidak ada sumber daya alam yang tersisa dan meninggalkan kerusakan sumber daya alam, pencemaran lingkungan, kemiskinan, dan hutang luar negeri yang kian menumpuk Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiharto (sinar harapan 1980) beliau menuliskan bahwa Negara - negara donor dalam memberikan bantuan pinjaman tidak bermaksud membuat negara debitur (peminjam) berdikari, tapi sekedar membuatnya tetap "survive" dan dapat mengarahkannya sesuai dengan kepentingan mereka (Ekonomi dan Politik) dengan kata lain kita sebagai negara berkembang akan terus menjadi pendukung dan penyedia bahan baku bagi mereka (negara-negara industri maju). Sementara negara-negara berkembang tidak merasakan bahwa tekanan hutang yang semakin mencekik yang akhirnya Negara-negara berkembang terpaksa mengeruk sumber daya alamnya secara tidak ramah demi menutupi hutang -hutang dan pengeluaran yang kian membengkak. Kita tidak sadar bahwa sebagian uang yang kita keluarkan untuk mengikuti tren dengan membeli atau menkonsumsi produk yang berlabel luar negeri, harus dibayarkan ke negara - negara tersebut sebagai hak royalty dari merk barang yang kita kosumsi.
Seperti yang diungkapkan oleh sang bengawan ekonomi prof Soemitro Djojohadikusumo bahwa hutang luar negeri Indonesia sudah mencapai lampu merah, hal ini juga diungkapkan oleh Dr.Amien Rais, dosen Fakultas SosPol UGM, "Hutang luar negeri membuat Indonesia terperangkap kedalam lingkungan Barat, agar bantuan Barat terus mengalir, tampaknya ada komitmen tidak tertulis untuk melaksanakan sistem ekonomi yang bercorak liberal". Sedangkan dizaman industrialisasi orang berpikir keras bagaimana menjual barang, tapi kenyataanya kita bukan termasuk produsen melainkan konsumen yang aktif, sehingga kita selalu menjadi sasaran empuk bagi negara - negara produsen.
Sementara itu Indonesia sendiri terkenal sebagai negara yang "The Soft State" karena banyak bersikap lunak terhadap berbagai penyimpangan, korupsi, kolusi dan pungutan liar sudah menjadi hal yang biasa, padahal bila dinilai secara ekonomi tingkat penyimpangan tersebut mencapai setengah dari seluruh pinjaman yang diterima setiap tahunnya. Pengalaman sudah membuktikan sejak proses globalisasi bergulir muncul pula isu - isu seperti perdagangan global yang tidak fair, sistem keuangan global yang lebih menelorkan krisis, dalam kondisi tersebut negara - negara berkembang dan miskin berulang kali terjebak jeratan utang yang justru jadi beban, belum lagi bermunculan rezim hak property intelektual yang malah menghabisi akses masyarakat miskin untuk mendapat obat - obatan dengan harga terjangkau. Seperti yang terjadi pada negara kita yang memiliki budaya bangga berhutang, sehingga tingkat produktivitas tak beranjak naik dan ketergantungan pada hutang luar negeri saja. Seperti yang kita ketahui tiap tahun bunga pinjaman serta transaksi terus meningkat seperti data berikut ini :
o   Tahun 1989 hingga September 1995 jumlah hutang luar negeri membengkak hampir dua kali lipat 39,577miliar dolar (1985) menjadi 61,293 miliar Dolar (1995).
o   Tahun l996 - 1997, gambaran hutang baru untuk setiap tahun anggaran selalu lebih besar daripada cicilati hutang pokoknya.
o   Persentase penggunaan dana hutang untuk tujuan - tujuan konsumtif terus meningkat (tahun 1995, 55,9% penerimaan hutang dialokasikan pada sektor fasilitas   infrastruktur   dan   ekonomi   dengan   penekanan   pada   sub sector transportasi).
o   Defisit transaksi berjalan yang tak kunjung henti kian memperlemah daya ekspor untuk mengungguli impor.
o   Defisit  transaksi   tersebut   sering   mengandalkan   cadangan   devisa   yang bertumpu pada aliran modal asing yang masuk.
o   Titik ambang berbahaya bagi pembayaran cicilan dan bunga hutang adalah 20% dari total ekspor, sedangkan kini Indonesia membayar dengan 32% dari total ekspor, ini belum menghitung perkiraan menguatnya Yen terhadap Dolar.

Selain itu menurut pendapat pemerhati dan pejuang lingkungan mereka melihat bahwa persoalan utama terletak pada konsep pembangunan berkelanjutan itu sendiri, mereka melihat bahwa sesungguhnya paradigma pembangunan berkelanjutan kembali mengafrirmasi ideologi developmentalisme yang selama ini dituding sebagai biang kerok krisis ekologi. Dimana tujuan dari paradigma pembangunan itu telah disimpangkan yang ironisnya dibalik itu semua terciptalah ideologi developmentalisme dengan sasaran utama pada pencapaian pertumbuhan ekonomi yang setinggi mungkin dengan pola produksi dan konsumsi yang sangat ekssesif - materialistis.
Ditambah lagi corak dan pola pikir penduduk Indonesia masih sangat rendah dalam hal expander of technologi dan combinatory of infuts sedangkan diketahui bahwa penduduk merupakan unsur penting dalam kegiatan ekonomi karena penduduk memiliki power, expert, the leader of firms dan entrepreneur yang sangat diperlukan untuk menciptakan kegiatan ekonomi. Ditambah lagi Indonesia memiliki tingkat perkembangan /kelahiran yang amat pesat yang jumlahnya setiap tahun makin meningkat dana anggaran belanja dalam ruamh tangga pun kian berat, sementara penduduk Indonesia telah terbiasa dengan pola pikir kolonialisme dan feodalisme dan watak kemandirian yang amat rendah, selalu mengandalkan pada orang lain, dan merasa tidak sanggup bila harus berusaha sendiri (takut gagal) dan hal ini berdampak makin meningkatnya tingkat pengangguran di Indonesia.
Sikap masyarakat yang kurang responsif terhadap rangsangan-rangsangan untuk memperoleh hasil yang lebih baik (lebih percaya takdir daripada usaha keras) Pendapat lain mengatakan bahwa pasar tenaga kerja memiliki perbedaan upah terutama atara kaum wanita dengan kaum pria walaupun antara kaum wanita dan pria mendapatkan jumlah pelatihan yang sama seperti kaum pria, ketika mereka memasuki pada profesi yang sama dan bekerja pada bidang yang sama tetap akan terjadi diskriminasi baik dalam upah ataupun dalam jabatan - jabatan tertentu, sebagian orang mengatakan bahwa pekerjaan yang membutuhkan keterampilaan walaupun dikerjakan pada kondisi yang sama, cenderung di bayar lebih murah apabila dikerjakan kaum wanita hal ini sejalan dengan catatan Biro Stasistik Tenaga Kerja (1997) yang menyatakan median pendapataan mingguan pekeja tetap wanita itu sedikit dibawah 75% median kaum pria.
Dari 1,2 miliar penduduk miskin di dunia sepertiga ada di Asia setelah China dan India, Indonesia adalah lokasi utama warga miskin dunia. Ironis sekali negara kita yang kaya akan sumbar daya alam, migas, tenaga uap dan air tetapi rakyat sendiri mengalami kenaikan BBM tiap tahunnya dan terkadang rakyat Indonesia harus menahan sesak didadanya dengan peningkatan biaya hidup yang makin tinggi, kemana kah sumber daya alam Indonesia ?.


















BAB II  
PEMBAHASAN


Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya mengenai pembangunan perekonomian di negara - negara yang sedang berkembang khususnya Indonesia, maka pada bab ini akan dibahas dari semua permasalahan tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa negara - negara yang sedang berkembang memiliki tanggung jawab utama atas perkembangan mereka sendiri, terutama untuk tercapainya perubah,an yang positif sebagaimana yang tercantum dalam kerja sama Uni Eropa sebagai wadah ekonomi dan dagang pada negara -negara berkembang dengan menawarkan keuntungan dagang tertentu kepada mereka, terutama pada negara - negara tertinggal.
Berdasarkan prinsip wewenang bersama Uni Eropa menyalurkan bantuan secara langsung ke negara - negara anggota berupa pinjaman lunak dan hibah sebagaimana dinyatakan dalam perjanjian komunitas Eropa bahwasanya pembangunan ekonomi dan sosial negara - negara yang sedang berkembang ditujukan untuk pengentasan kemiskinan, pengembangan dan pengonsolidasikan demokrasi dan supremasi hukum serta meningkatkan hak asasi manusia dan kebebasan yang mendasar yang meliputi pertumbuhan secara meluas, merata, pengembangan kapasitas dan kelembagaan, pembangunan sektor swasta, layanan sosial, lingkungan hidup dan sebagainya. Berdasarkan hal tersebut negara -negara yang sedang berkembang dapat merealisasikan tujuan pembangunan pada kegiatan yang kongkrit melalui mekanisme pasar yang sehat dalam suatu sistem hukum politik atas dasar demokrasi sehingga tercipta suatu tatanan yang kondusif.
Indonesia sebagai negara yang memiliki sumber daya alam harus menekan Negara - negara maju agar mereka tidak boleh mengunakan keunggulan ekonomi dan politiknya untuk melindungi kinerja lingkungan yang buruk dari perusahan multinasional tertentu. Mereka harus konsekwen bahwa lingkungan hidup adalah agenda global, karena itu standar yang dipakai di negara asalnya harus berlaku juga di negara sedang berkembang. Dan karena itu, inventasi tidak boleh dijadikan alat untuk membenarkan praktek pengerusakan lingkungan di Negara sedang berkembang. dengan ini maka dikatakan bahwa perlu ada perundingan yang intensif dibidang lingkungan tentang perlunya sebuah tata dunia baru yang lebih adil dan ramah lingkungan. Dalam tata dunia baru itu, lingkungan hidup tidak boleh sekedar dijadikan alat ekonomi dan politik di negara - negara maju, yang dipakai kalau menguntungkan dan dilanggar atau diabaikan ketika mengganggu ekonomi dan politiknya. Politik standar ganda harus ditinggalkan oleh negara maju, bukan saja karena tidak fair, melainkan lebih dari itu justru semakin memperparah krisis lingkungan global.
Hal ini juga pernah dibahas dalam salah satu dokumen kebijakan -kebijakan Komisi Eropa pada tahun 2003 yang mana mengusulkan pembaharuan hubungan Uni Eropa dengan ASEAN serta dengan masing-masing negara di Asia tenggara. "prakarsa "mengakui bahwa negara - negara di Eropa dan Asia Tenggara, khususnya Indonesia yang baru menerapkan demokrasi, memiliki banyak kesamaan ciri dan nilai, serta kesamaan kepentingan politik dan ekonomi. Ini mencakup juga sikap memberi penghargaan yang tinggi terhadap keanekaragaman budaya, agama, dan bahasa, serta komitmen terhadap integrasi regional. Prioritas strategis teridentifikasi dalam dokumen tersebut meliputi :
1.      Dukungan terhadap stabilitas regional dan perang melawan terorisme
2.      Hak - hak asasi manusia, prinsip - prinsip demokratis dan tata pemerintahan yang baik.
3.      Pengutamakan permasalahan peradilan dan dalam negeri
4.      Dinamisme baru ke arah hubungan dagang dan investasi regional
5.      Pembangunan negara - negara kurang makmur
6.      Intensifikasi dialog dan kerjasama dalam wilayah - wilayah .kebijakan tertentu, seperti permasalahan ekonomi dan dagang, masalah peradilan dan dalam negeri, ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan tinggi dan budaya, transportasi, energi, lingkungan hidup, dan masyarakat informasi. Secara ekonomi, Asia tenggara, dengan Indonesia terletak pada pusatnya, akan menjadi salah satu wilayah pertumbuhan yang paling dinamis dalam perekonomian dunia.

Indonesia sebagai Negara berkembang lebih meningkatkan keahlian dan keterampilan pekerja, memperbaiki organisasi dan produksi, serta mendorong dilakukannya inovasi sehinggga akan meningkatkan produktivitas dan kelancaran pembangunan ekonomi hal ini sesuai dengan teori klasik (1870).
Sedangkan menurut teori Schumpeter, dikemukakan bahwa sebaiknya para wiraswata lebih menciptakan inovasi - inovasi terbaru baik dalam penciptaan produk baru, penggunaan teknologi untuk membuat produk baru, meluaskan lahan pasar pada komoditas yang lain, mencari sumber-sumber yang lain, serta tidak terpaku pada satu pabrik atau industri.
Tingkat kesejahteraan masyarakat tidak hanya ditenrukan oleh tingginya pendapatan perkapita tetapi juga ditenrukan oleh faktor -faktor lain, misalnya adat istiadat, keadaan iklim alam sekitar, ada tidaknya kebebasan mengeluarkan pendapat dan bertindak. Oleh karena itu pemerintah layaknya harus memberi kesempatan pada rakyatnya untuk masuk pada ekonomi pasar dengan cara memformalkan sektor informal dengan melegalisasikan usaha - usaha informal dan memberikan sertifikat atas lahan - lahan dan asset - asset dari sektor tersebut. Hal ini akan mempermudah rakyat untuk mendapat pinjaman modal perbankan karena pemberian sertifikat dapat menjadi kodifikasi hukum bagi perkembangan usaha kecil rakyat. Jadi pinjaman bank tidak hanya dinikmati oleh pengusaha kelas menengah keatas saja akan tetapi dapat pula dinikmati oleh semua lapisan masyarakat.
Selain itu marilah kita coba untuk menengok beberapa Negara tetangga yang nasibnya tidak jauh dari kita tetapi mereka mampu memberantas kemiskinan di negaranya serta menaikkan pendapatan perkapita,
Dimulai dari Negara bagian Asia Timur yairu Negara Tiongkok. Hal ini diungkapkan oleh wakil program pembangunan PBB (UNDP) untuk Tiongkok Khalid Malik mengatakan, pengalamam Tiongkok patut dipelajari dan dijadikan cermin oleh Negara - negara berkembang lainnya dimana dalam 20 tahun lebih yang lalu ekonomi Tiongkok tumbuh dengan kecepatan rata - rata di atas 9 persen pertahun sehingga ratusan juta orang terangkat dari kemiskinan, ini sangat jarang terjadi dalam sejarah perkembangan ekonomi manusia.
Hal ini juga diungkapkan oleh Liu Jian (Kepala kantor grup pimpinan Dewan Negara Tiongkok untuk Pengentasan Kemiskinan) Pemerintah Tiongkok sejak pertengahan tahun 1980-an telah melakukan pembangunan pengentasan kemiskinan di seluruh negeri secara terorganisasi, berencana dan dalam skala besar. Alhasil kondisi pokok produksi dan kehidupan di daerah - daerah miskin mengalami perbaikan besar dan jumlah penduduk miskin didesa berkurang dalam taraf yang besar, dimana dalam kurun waktu antara tahun 1978 dan 2005 jumlah penduduk miskin yang belum terselesaikan masalah sandang pangannya di perdesaan Tiongkok berkurang darj 250 juta orang menjadi 23,65 juta orang, serta tingkat terjadinya ktemiskinan menurun dari 30,7 persen menjadi 2,5 persen. Tiongkok adalah negara yang berhasil mengurangi separoh jumlah penduduk miskinnya dalam merealisasikan tujuan pembangunan millennium PBB di muka rencana. Mengapa kita tidak bisa ?. Sedangkan Negara Indonesia kaya akan sumber daya baik manusia maupun alamnya.
Ditambahkan lagi oleh Liu Jian sebagai wakil Tiongkok bersedia berbagi pengalaman jika negara berkembang lain membutuhkan langkah - langkah untuk menanggulangi kemiskinan, peningkatan pembangunan sosial, mencurahkan tenaga untuk mendukung pembangunan negara - negara berkembang demi meningkatkan kemampuan pengurangan kemiskinan, menyediakan platform efektif antara negara berkembang atau dengan organisasi intemasonal untuk melakukan pertukaran dan kerjasama pengurangan kemiskinan, serta memberikan bantuan kepada negara - negara berkembang dalam perancangan dan pelaksanan program pengurangan kemiskinan. Saat ini Tiongkok telah menyusun kebijakan pengurangan kemiskinan dan melaksanakan pelatihan khusus pengurangan kemiskinan sesuai dengan kebutuhan negara - negara berkembang, menyebarkan teknologi dan pengalaman kepada pejabat negara - negara berkembang, dan mengorganisasi pejabat negara - negara berkembang untuk melakukan srudi lapangan di Tiongkok, dimana Tiongkok akan menyelenggarakan berbagai forum dan seminar secara tidak berkala, agar Negara - negara berkembang mempunyai kesempatan untuk bertukar informasi dan pengalaman tentang pengurangan kemiskinan, oleh karena itu Tiongkok akan mengirimkan tenaga - tenaga ahli ke negara - negara berkembang untuk membantu merancang, megelola dan melaksanakan program-progam pengurangan kemiskinan. Mengapa kita tidak mencoba dan mulai belajar untuk berbenah kalau kita tidak mau lagi diperdaya negara lain. Karena era globalisasi tidak untuk ditakuti ataupun ditolak keberadaanya, asalkan pemerintah dapat mengkooordinir secara baik dan merata dalam melaksanakan pembangunan.
Negara kedua yang dapat kita jadikan perbandingan dan pembelajaran bagi perkembangan ekonomi Negara kita adalah Negara Korea Selatan dan Korea Utara, dimana negara ini juga adalah Negara bekas jajahan Jepang sama seperti Negara kita. Korea adalah negara kebanggan dengan tradisi dan budayanya yang unik dan mempunyai sejarah lebih dari 5000 tahun.

A.    Korea Selatan
Pada tahun 1950-an, Korea Selatan adalah negara termiskin di Asia. Setelah berakhirnya Perang Dunia II, pendapatan perkapita kira - kira sama dengan negara miskin lainnya -di Asia dan Afrika, dan Korea diwarisi sistem ekonomi kolonial yang dibentuk dari kebijakan Jepang. Kemudian perang Korea pada tahun 1950 - 1953 membuat kondisi semakin parah, dan pada saat itu Korea Selatan benar - benar tergantung pada pertolongan dari Amerika Serikat.
Mengikuti kepemimpinan militer Jendral Park Chung-hee pada tahun 1962, Korea Selatan berambisi untuk meningkatkan perkembangan ekonominya dalam 5 tahun kedepan. Perdagangan luar negeri menjadi sasaran utama dalam mencapai tujuan 5 tahun kedepan tersebut, seperti memperkuat hubungan dengan Jepang di tahun 1965 dalam perdagangan dan investasi. Ekspansi dengan cepat dilakukan Korea Selatan, pertama dimulai dari industri kecil lalu dilanjutkan dengan industri besar pada tahun 1960-an dan 1970-an.
Pertumbuhan ekonomi ini menjadi salah satu pertumbuhan ekonomi dunia yang phenomena, dan sering disebut sebagai "keajaiban sungai Han" . Pada tahun 1980-an dan 1990-an, pertumbuhan ekonomi terus berlanjut bersamaan dengan perubahan Korea Selatan dari negara exportir tekstil dan sepatu menjadi negara yang memproduksi automobil, elektronik, pembuatan kapal laut, dan baja.
Pertumbuhan ekonomi besar - besaran di Korea Selatan, membuat banyak perusahaan bersaing secara internasional, melalui proses finansial yang mudah membawa situasi ekonomi kedalam dominasi konglomerat - konglomerat. Beberapa perusahaan - perusahaan seperti Hyundai, Daewoo dan LG menjadi perusahaan - perusahaan global.
Krisis finansial Asia pada tahun 1997 membuka kelemahan dari model pengembangan Korea Selatan, termasuk rasio utang/persamaan yang besar, pinjaman luar negri yang besar dan sektor finansial yang tidak disiplin. Pertumbuhan jatuh sekitar 6,6 % pada tahun 1998, kemudian pulih dengan cepat ke 10,8 % pada tahunv!999, diikuti dengan jatuhnya perusahaan besar Daewoo, dan tumbuh sebesar 9,2 % pada tahun 2000. Tetapi pada tahun 2001, pertumbuhan ekonominya kembali jatuh dikarenakan beberapa faktor besar seperti perekonomian dunia yang melambat, ekspor yang menurun dan persepsi bahwa pembaharuan finansial dan perusahaan yang dibutuhkan tidak bertumbuh. Pada tahun 2002, sektor industri. dan konstruksi berhasil menaikan pertumbuhan ekonomi sebanyak 5,8 %.
Antara tahun 2003 - 2005, pertumbuhan ekonomi sebesar 4 % per tahun. Kecendrungan menurun di pengeluaran konsumen, banyak yang menggunakan kartu kredit sehingga menyebabkan hutang. Penurunan tersebut diimbangi dengan export besar - besaran khususnya ke Cina. Pada tahun 2005, pemerintah mengusulkan membentuk kembali legislatif yangmengurusi tentang ketenaga kerjaan, dana pensiun untuk tenaga kerja, serta membentuk ulang peraturan -peraturan penggunaan lahan.
Korea   Selatan  telah  mencapai  rekor  pertumbuhan  yang  memukau, membuat Korea Selatan masuk dalam daftar ekonomi terbesar ke-12 diseluruh dunia. Sekarang pendapatan per kapita kira - kira 20 kali lipat dari Korea Utara dan sama dengan ekonomi - ekonomi menengah di Uni Eropa. Pada tahun 2004, Korea Selatan telah tergabung didalam perkumpulan dunia ekonomi triliun dolar. Kesuksesan ini dicapai pada akhir 1980-an dengan sebuah sistem ikatan bisnis pemerintah yang dekat, termasuk kredit langsung, pembatasan impor, juga usaha kuat dari tenaga kerja. Pemerintah Korea Selatan mempromosikan impor bahan mentah dan teknologi demi barang konsumsi dan mendorong tabungan serta investasi dari konsumsi. Pada tahun 2005, di samping merupakan pemimpin dalam akses internet kecepatan tinggi, semi konduktor memori, monitor layar datar dan telpon genggam, Korea Selatan berada dalam peringkat pertama dalam pembuatan kapal, ketiga dalam produksi ban, keempat dalam serat sintetis, kelima dalam otomotif dan keenam dalam baja. Negara ini juga dalam peringkat ke-12 dalam pendapatan nominal, tingkat pengangguran rendah dan pendistribusian pendapatan yang relatif merata.

B.     Korea Utara       
Perekonomian Korea Utara relatif stabil cendrung "membosankan" sejak tahun 1970an. Pemerintahannya menolak untuk mempublikasikan data - data perekonomiannya dengan alasan membatasi jumlah informasi yang beredar. Industri yang dimiliki perseroan terbatas adalah industri barang - barang yang diproduksi oleh pabrik. Pemerintahan Korea Utara terus berlanjut dengan memproduksi alat - alat berat untuk angkatan bersenjata. Sampai tahun 2005, pemerintah Korea Utara memperkirakan mengeluarkan 25 % dari PDB untuk angkatan bersenjatanya.
Tahun 1990-an terjadi beberapa bencana alam, kesalahan - kesalahan dalam manajemen politiknya dam skandal - skandal korupsi. Hal ini terjadi bersamaan dengan jatuhnya Uni Soviet yang menyebabkan kekacauan ekonomi. Pertanian memburuk, beberapa produk makanan dengan sengaja dialihkan dari masyarakat umum untuk kepentingan militer. Akibat dari kombinasi ketertutupan negara tersebut, seriusnya kekurangan persediaan pupuk, dan keterbatasan structural seperti sedikitnya tanah yang subur dan musim tanam yang pendek menghasilkan jatuhnya hasil panen bahan baku makanan pokok sampai lebih dari 1 juta ton dari apa   yang   dibutuhkan   suatu   negara   untuk   memenuhi   persyaratan   standar internasional.
Pada bulan Juni tahun 2005,   Amerika Serikat mengumumkan bahwa mereka memberi 50.000 ton kubik bahan makanan ke Korea Utara. Tahun – tahun sebelumnya pun Amerika Serikat telah memberi pertolongan bahan makanan, seperti pada tahun 2004 sebanyak 50.000 ton kubik dan tahun 2003 sebanyak 100.000 ton kubik.
Pada tanggal 19 September 2005 Korea Utara menerima pertolongan makanan dan bahan bakar dari dunia Internasional seperti dari Cina, Korea Selatan, Jepang, Rusia dan Amerika Serikat, pertolongan tersebut termasuk dalam perjanjian untuk Korea Utara tidak mengembangkan senjata nuklir.
Pada bulan Juli tahun 2002, Korea Utara mulai mencoba sistem kapitalis di industrinya. Beberapa area telah dibentuk menjadi area khusus administrasi, termasuk Sinuiju yang dekat dengan perbatasan Korea Utara dan Cina. Cina dan Korea Selatan menjadi mitra perdagangan utama bagi Korea Utara, dengan Cina perdagangan meningkat 38 % atau sebesar 1,02 miliar Dolar Amerika dan perdagangan dengan Korea Selatan meningkat 12 % atau sebesar 724 juta Dolar Amerika di tahun 2003.
Korea Utara sebagai salah satu negara yang memakai perencanaan ekonomi terpusat tengah menghadapi situasi keterpurukan ekonomi. Penanaman modal asing mengalami kesulitan untuk dimulai. Walaupun hasil panen meningkat pada tahun 2005 yang dikarenakan stabilnya kondisi cuaca, bantuan pupuk dari Korea Selatan, dan kesadaran penduduk mengenai produksi agrikultural, Korea Utara telah menderita kekurangan bahan makanan selama 11 tahun. Pertolongan besar - besaran dari dunia internasional pada tahun 1995 sempat membantu masyarakat Korea Utara keluar dari kelaparan tetapi kekurangan gizi dan kondisi kehidupan yang memprihatinkan tetap berlanjut. Pengeluaran besar - besaran untuk membiayai kegiatan militer telah menggunakan sumber - sumber yang seharusnya digunakan untuk investasi fasilitas publik dan subsidi, untuk masyarakat. Tahun 2004, pemerintah yang berkuasa pada saat iru membentuk pengaturan untuk mengizinkan para petani menjual kebutuhan pokoknya secara luas dan tidak melalui pemerintah. Telah diijinkan juga beberapa perkebunanan swasta pada experiment basis dalam upaya meningkatkan hasil agrikultur. Pada Oktober 2005, rezim membalikkan sebagian dari peraruran ini yaitu dengan melarang swasta menjual biji - bijian dan membuat mengatur ulang sistem rasional makanan yang terpusat.
Pada Desember 2005, rezim mengkonfirmasikan bahwa hal tersebut bertujuan untuk membawa keluar ancaman - ancaman sebelumnya untuk menghilangkan/memusnahkan semua operas! intemasional bantuan kemanusiaan dan mempersulit aktifitas - aktifitas organisasi bantuan intemasional dan selain pemenntahan contohnya World Food Program.  Kekuatan badan politik tetap menjadi kekuatiran utama pemerintahan Komunis, yang cenderung akan memperlambat kelonggaran regulasi ekonomi











BAB III  
PENUTUP

Kesimpulan
v  Faktor - faktor yang menghambat pelaksanaan di negara - negara sedang berkembang adalah :
1.      Percepatan pelaksanaan globalisasi ekonomi dan perdagangan.
2.      Sumber daya lingkungan dianggap sebagai faktor eksternal.
3.      Pola produksi dan konsumsi yang tidak ramah lingkungan terus saja dipertahankan.
4.      Proyek - proyek pembangunan ekonomi dan kebijakan perdagangan global yang mengabaikan nilai - nilai lokal dan menolak partisipasi dan hak - hak komunitas
5.      Keengganan negara - negara maju untuk menyediakan bantuan financial dan teknologi baru yang ramah lingkungan untuk negara - negara yang sedang berkembang.
6.      Indonesia masih dikenal sebagai "the soft state" karena banyak bersikap lunak terhadap berbagai penyimpangan.
7.      Indonesia memiliki "budaya bangga berhutang"
8.      Negara barat mendominasi negara - negara berkembang dengan memberikan bantuan finansial (hutang luar negeri).
9.      Agar tidak disebut negara terbelakang semua negara berkembang mengikuti jalan yang sama yang telah ditempuh negara - negara maju dengan menempatkan sistem imperative ekonomi.
10.  Perbedaan tingkat upah antara kaum pria dan wanita dilihat cjari profesi dan penempatan kerja yang sama.

v  Faktor - faktor yang mempercepat pertumbuhan ekonomi di negara berkembang khususnya Indonesia
1.      Prinsip wewenang bersama Uni Eropa menyalurkan bantuan secara langsung ke negara - negara anggota berupa pinjaman lunak dan hibah
2.      Dukungan terhadap stabilitas regional dan perang melawan terorisme
3.      Hak - hak asasi manusia, prinsip - prinsip demokratis dan tata pemerintahan yang baik.
4.      Pengutamakan permasalahan peradilan dan dalam negeri
5.      Dinamisne baru ke arah hubungan dagang dan investasi regional
6.      Pembangunan negara - negara kurang makmur
7.      Intensifikasi dialog dan kerjasama dalam wilayah - wilayah kebijakan tertentu, seperti permasalahan ekonomi dan dagang, masalah peradilan dan dalam negeri, ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan tinggi dan budaya, transportasi, energi, lingkungan hidup, dan masyarakat informasi. Secara ekonofni, Asia tenggara, dengan Indonesia terletak pada pusatnya, akan menjadi salah satu wilayah pertumbuhan yang paling dinamis dalam perekonomian dunia.

v  Para wiraswata harus menciptakan inovasi - inovasi terbaru baik dalam penciptaan produk baru, penggunaan teknologi untuk membuat produk baru, meluaskan lahan pasar pada komoditas yang lain, mencari sumber-sumber yang lain, serta tidak terpaku pada satu pabrik atau industri.
v  Pemerintah harus memberi kesempatan pada rakyatnya untuk masuk pada ekonomi pasar dengan cara memformalkan sektor informal dengan melegalisasikan usaha - usaha informal dan memberikan sertifikat atas lahan - lahan dan asset - asset dari sektor tersebut




















Saran
v  Sebaiknya Indonesia kembali lagi memahami ekonomi rakyat sebagi bentuk kegiatan ekonomi dalam sektor kegiatan yang berlandaskan demokrasi ekonomi yang mampu membawa perumusan kebijakan yang menampung aspirasi pelaku terbesar, menempatkan daerah sebagai strategi dasar pemberdayaan dengan dukungan lembaga keuangan lokal temtama lembaga keuangan milik masyarakat, pengembangan layanan jaminan sosial dan penciptaan asset sehingga pembangunan lebih mandiri dan merata.
v  Untuk mengatasi hutang negara yang kian membengkak maka solusi terbaik adalah menjauhkan diri dari membeli barang luar negeri, cinta produksi sendiri dengan membangun sikap kemandirian.
v  Mulainya menciptakan sistem pembangunan yang ramah lingkungan dan produksi dengan meminimalkan penggunaan sumber daya alam secara efisien.
v  Tidak takut mencoba pada sektor lain, daerah lain walaupun terpencil yang penting usaha dan pola pikir yang tidak mengecil.
v  Budayakan untuk meningkatkan tabungan, usaha koperasi kredit, peningkatan perbankan.
v  Tidak ada yang salah bila kita mencontoh dan belajar dari negara berkembang lain, berbagi pengalaman dan sharing akan lebih meringankan masalah kita.
v  Marilah semua pihak kembali ke khitah, kembali memikirkan program -program politik ekonomi yang tujuannya adalah memberdayakan rakyat, tanpa semua itu tak akan ada kewibawaan pemerintah, elite - elite politik dimata rakyatnya, yang ada hanyalah sikap rakyat yang sudah pasrah, tak perduli dan tak tahu mengadu kemana. •
v  Kita memang tidak seharusnya antiglobalisasi, asalkan pemerintah mau melakukan reformasi hokum terutama dibidang perdagangan bebas dan pembukaan akses pasar, dan pemerintah tahu cara benar melindungi sector informal domestik dalam keterbukaan akses pasar, maka globalisasi tidak akan jadi momok bagi bangsa kita.









DAFTAR PUSTAKA


Abdul Halim.Muh,MM. Makalah Pengantar Ekonomi Pembangunan. Jakarta 2006
www. wikipedia.org.id. Neoliberalisme [Electronic Literatute] Diakses dari www. Wikipedia.org.id pada tanggal 5 Oktober 2006.
www. Mail-archive.com. Sudut Gelap Globalisasi [Electronic Literatute] Diakses dari www Mail-archive.com pada tanggal 5 Oktober 2006.
www.ekonomi rakyat.org./«rna/ Ekonomi Rakyat [Electronic Literatute] Diakses dari www.ekonomi rakyat.org pada tanggal 5 Oktober 2006.
www.  Jawa pos.co.id./MF dan Bank Dunia memegang Kendali. [Electronic Literatute] Diakses dari www. Jawa pos.co.id pada tanggal 5 Oktober 2006
www.pacific.net.id.   Krisis Dan Pembaharuan Ekonomi-Moneter. [Electronic Literatute] Diakses dari www.pacific.net.id pada tanggal 5 Oktober 2006.
www.chinabroadcast.id    Tiongkok Akan Berbagi Pengalaman Pengentasan Kemiskinan Bersama Negara Berkembang [Electronic Literature] Diakses dari www. chinabroadcast.id pada tanggal 2 November 2006.
www.pikiran rakyat.com. Negara Berkembang Digempur Dari 3 Sisi. [Electronic Literature] Diakses dari www.pikiran rakyat.com tahun 2005 pada tanggal 2 November 2006.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar