Inflasi
"Kanker Ekonomi" Yang Menggerogoti Negara
Oleh: Muh Abul Halim, SE, MSi
Abstract"
An inflation is prices
tendency to rise generally and continuously in a long time. "Generally and
continuously in a long time " must be underlined. Because, in the reality,
the prices of the commodities may rise temporarily only, such as on Lebaran,
Christmas, new year, and so on. But they are short time only, not long time.
After those big holidays passed, the prices became normal or stable again.
Not only one but also all
commodities may rise. In other word, a large group of commodities. Soft
inflation (4 to 6 percent each year) is not too dangerous for an economy. Even
supposed "healthy"for an economic growth. But galloping inflation
(100 to 200 percent each year) is very dangerous for an economic development.
This kind of inflation can destroy not only economic but also social, politic
aspects, and so on.Serious conditions may also be caused by that galloping
inflation such as a large-scale demonstration of people power to disband legal
government or coup d'etat, civil war, social and security disturbances rising
et cetera. A state government (including Indonesia) must prevent galloping
inflation so that the economic growth can run well. If it grows, so the
prosperity can increase. The society welfare increase too.
Kata kunci: Harga, Inflasi,
Makro, Mikro
Dalam sistem perekonomian
suatu negara baik di negara maju maupun negara berkembang suatu negara tidak
akan terlepas dari inflasi.
Inflasi itu sendiri merupakan suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku
dalarn suatu perekonomian. Atau kadang bisa Inflasi: "Kanker
Ekonomi" Yang Menggerogoti Negara disebut juga dengan proses naiknya
harga barang dan jasa secara terus menerus biasanya diukur dalam jangka waktu
satu tahun.
Pada saat sekarang ini
perkembangan makro ekonomi di nilai terus membaik di tengah masih terpuruknya
kondisi sektor riil yang mana peluang inflasi pada saat ini di bawah 7 persen
pada akhir 2006 kian terbuka. Saat ini, probability tercapainya skenario
inflasi kurang dari tujuh persen pada akhir tahun ini semakin membesar. Inflasi
di bawah tujuh persen tersebut lebih rendah dari target yang di rencanaka
pemerintah yakni delapan persen.
Pada bulan sebelumnya
inflasi diperkirakan akhir tahun bisa berada di level bawah dari kisaran
target, yakni 7,33 persen. Melihat perkembangan semakin membaik, disertai
catatan tidak ada masalah dari faktor lainnya, laju inflasi diperkirakan bisa
lebih rendah lagi. Perkiraan tersebut didasarkan atas rendahnya inflasi periode
bulan januari sampai agustus yang hanya sebesar 3,67 persen. Berdasarkan data
historis, laju inflasi selama triwulan keempat dimana ada lebaran, natal dan
tahun baru, berkisar 3 persen sampai 3,5 persen. Jika inflasi akhir tahun bisa
di bawah 7 persen, maka akan menyamai pencapaian pada akhir tahun 2004. kondisi
ini pun akan memudahkan BI mencapai target inflasi tahun 2007 sebesar 6 persen.
Inflasi yang makin rendah
akan memperbesar ruang penurunan suku bunga atau BI Rate yang saat ini berada
di level 11.25 persen. Jika inflasi mencapai tujuh persen, maka BI Rate bisa
lebih rendah dari 10 persen. Penurunan BI Rate selama ini telah direspon bank
dengan menurunkan bunga deposito dan bunga kredit. Penurunan suku bunga kredit
berjalan sangat lambat. Kondisi tersebut, dipengaruhi oleh sejumlah hal, antara
lain, tingkat kredit bermasalah, biaya di masa lalu, dan efisiensi bank.
Ada tiga
faktor yang menyebabkan suku bunga kredit lambat penurunannya. Pertama, ada
selisih waktu antara penurunan BI Rate dan bunga kredit. Kedua, adanya target
laba yang dibebankan kepada manajemen bank. Ketiga, tingginya kredit bermasalah
pada bank-bank besar, yang selama ini sangat mempengaruhi terhadap pergerakan
suku bunga bank.
Lambatnya penurunan suku
bunga kredit lebih disebabkan faktor sistem dan administrasi. Biasanya bank
meninjau suku bunga kredit setiap enam bulan sekali. Jadi perubahan BI Rate
yang terjadi tiap bulan tak akan berpengaruh. Bank tidak akan mungkin meninjau
suku bunga kredit setiap bulan.
Penurunan suku bunga kredit akan meningkatkan
permintaan kredit, pelaku bisnis bakal terpacu mengembangkan usaha karena
ongkos semakin murah. Pada bulan agustus 2006 pertumbuhan kredit cukup besar,
sekitar Rp 13 triliun. Membaiknya perekonomian membuat optimis target
pertumbuhan ekonomi versi pemerinah sebesar 5.8 persen.
Akar Persoalan Inflasi
Inflasi merupakan masalah
utama di banyak negara berkembang dan menjadi pertanda bagi negara-negara
sosialis untuk melakukan perubahan yang mengarah ke pasar. Tingkat inflasi
(persentasi pertambahan kenaikan harga) berbeda dari satu periode ke-periode
lainnya, dan berbeda pula dari satu negara ke negara lain. Adakalanya tingkat
inflasi adalah rendah yaitu mencapai di bawah 4 - 6 persen, tingkat inflasi yang moderat mencapai
diantara 5 - 10 persen. Inflasi yang sangat serius dapat mencapai tingkat
beberapa ratus atau beberapa ribu persen dalam setahun.
Masalah kenaikan harga-harga
yang berlaku diakibatkan oleh banyak faktor. Di negara - negara industri pada
umumnya inflasi bersumber dari salah satu atau gabungan dari dua masalah
berikut :
1. Undercapacity of firms to fulfil the
aggregate demand increasing continuously (kemampuan perusahaan yang kurang
untuk memenuhi permintaan egregat yang terus meningkat)
Keinginan untuk mendapatkan barang yang mereka butuhkan akan
mendorong para konsumen meminta barang itu pada harga yang lebih tinggi.
Sebaliknya para pengusaha akan mencoba menahan barangnya dan hanya menjual
kepada pembeli - pembeli yang bersedia membayar pada harga yang lebih tinggi.
Kedua dua kecenderungan ini akan menyebabkan
kenaikan harga-harga.
2. Workers in many
economic sectors claim wages rising
Apabila para pengusaha mulai menghadapi kesukaran dalam mencari
tambahan pekerja untuk menambah produksinya, pekerja-pekerja yang ada akan
terdorong untuk menuntut kenaikan upaah. Apabila tuntutan kenaikan upah berlaku
secara meluas, akan terjadi kenaikan biaya produksi dari berbagai barang dan
jasa yang dihasilkan dalam perekonomian. Kenaikan biaya produksi tersebut akan
mendorong perusahaan-perusahaan menaikan harga - harga barang mereka.
Kedua masalah yang
diterangkan diatas biasanya berlaku apabila perekonomian sudah mendekati
tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (fall employment). Dengan
perkataan lain di dalam perekonomian yang sudah sangat maju, masalah inflasi
sangat erat kaitannya dengan tingkat penggunaan tenaga kerja. Disamping itu
inflasi dapat pula terjadi sebagai akibat dari :
1. Imported
commodities prices rising aKenaikan harga-harga barang yang diimpor
2. Excessively money supply increasing without quantity of
commodities increasing. aPenambahan penawaran uang yang
berlebihan tanpa diikuti oleh pertambahan produksi dan penawaran barang
3. Politic and economic
anarchy because of less responsible government aKekacauan politik dan ekonomi sebagai akibat pemerintahan yang
kurang bertanggungjawab.
Kenaikan
harga-harga yang berlaku dalam satu waktu ke waktu lainnya tidak berlaku secara
seragam. Kenaikan tersebut biasanya berlaku ke atas kebanyakan barang, tetapi
tingkat kenaikannya berbeda. Ada yang tinggi persentasenya dan ada yang rendah.
Disamping itu sebagian barang tidak mengalami kenaikan. Berlakunya tingkat
perubahan harga yang berbeda tersebut menyebabkan indeks harga perlu dibentuk
untuk menggambarkan tingkat perubahan harga-harga yang berlaku dalam suatu
negara. Untuk mengukur tingkat inflasi, indeks harga yang selalu digunakan
adalah indeks harga konsumen, yaitu indeks harga dari barang-barang yang selalu
digunakan para konsumen.
Untuk membentuk indeks
harga, tiga langkah perlu dilakukan : (1) Pemilihan tahun dasar, yaitu tahun
yang menjadi titik tolak dalam membandingkan perubahan harga (2) Menentukan
jenis-jenis barang yang perubahan harga-harganya akan diamati untuk membentuk
indeks harga (3) Menghitung indeks harga.
Dibawah ini ditujukan suatu
contoh sederhana untuk menghitung indeks harga. Dimisalkan tahun dasar adakh
tahun 1980. yang dihitung adalah indeks harga pada akhir tahun 1993. Dalam
penghitungan tersebut dimisalkan 4 jenis barang digunakan untuk membentuk
indeks harga konsumen, yaitu barang A, B, C, dan D. Disamping mengumpulkan data
perubahan harga-harganya, harus pula ditentukan "weight" atau
kepentingan relaitif setiap kelompok barang dalam konsumsi masyarakat. Sebagai
contoh dimisalkan kumpulan barang A sangat penting dalam masyarakat;
pengeluarannya meliputi 50 persen dari pengeluaran keseluruhan masyarakat. Maka
dalam contoh penghitungan kelompok barang A diberi weight sebanyak 50 persen.
Tabel 1
Contoh sederhana menghitung indeks harga
konsumen
Kelompok Barang
|
Weight
|
Tahun dasar (1980)
|
Tahun 1993
|
||
Harga
|
Harga X
|
Harga
|
Harga X
|
||
(rupiah)
|
Weight
|
(rupiah)
|
Weight
|
||
A
|
50
|
1.000
|
50.000
|
2.000
|
100.000
|
B
|
20
|
5.000
|
100.000
|
11.000
|
220.000
|
C
|
5
|
5.000
|
25.000
|
16.000
|
80.000
|
D
|
25
|
3.000
|
75.000
|
8.000
|
200.000
|
100
|
250.000
|
600.000
|
Dengan mengetahui nilai
kepentingan rektif (weight) berbagai barang dan harga masing-masing
dikumpulan barang tersebut, dapatkh dihitung nilai harga x weight untuk 1980
dan 1993, tabel tersebut menunjukan nilai tersebut adalah 250.000 pada tahun
1980, sedangkan untuk tahun 1993 nilainya adalah 600.000. Berdasarkan pada
kedua-dua angka tersebut indeks harga tahun 1993 dapat dihitung, yaitu :
=x 100 = 240
Indeks harga pada tahun
dasar adalah 100. Dengan demikian diantara tahun 1980 dan 1993 harga telah
meningkat sebanyak 140 persen.
Tingkat inflasi terutama
dimaksudkan untuk menggambarkan perubahan harga-harga dalam suatu tahun
tertentu, untuk menentukannya perlu diperhatikan data indeks harga konsumen
dari suatu tahun dan seterusnya dibandingkan dengan indeks harga pada tahun
lainnya. Meneruskan contoh diatas, misalkan dakm tahun 1994 indeks harg
konsumen adalah 251. Berapakah tingkat inflasi dalam tahun 1994 perhitungan
dibawah ini menjawab pertanyaan tersebut.
Tingkat Inflasi dalam tahun 1994
=x 100 = 4,6 persen
Inflasi menunjukan kenaikan
dalam tingkat harga umum. Laju inflasi adalah perubahan tingkat harga umum dan
diukur sebagai berikut:
Laju inflasi (tahun t) =x 100
Secara konseptual, tingkat harga diukur
sebagai rata-rata tertimbang dari barang-barang dan jasa-jasa dalam
perekonomian. Dalam prakteknya kita mengukur tingkat harga keseluruhan dengan
membuat indeks harga yang merupakan rata-rata harga konsumen atau produsen.
Deflasi
Lawan dari
inflasi adalah deflasi, yang timbul pada saat tingkat harga umum menurun.
Deflasi sangat jarang terjadi di akhir abad kedua puluh. Di Amerika Serikat,
saat terakhir tingkat harga konsumen benar-benar menurun dari satu tahun ke
tahun berikutnya adalah pada tahun 1955. Deflasi yang berkepanjangan, dimana
harga-harga menurun secara tetap selama periode bebetapa tahun. Terminologi
yang berhubungan dengan deflasi adalah disinflasi, yang menunjukan penurunan
laju inflasi. Periode disinflasi yang belum lama berselang tetjadi pada awal
tahun 1980an, pada saat laju inflasi yang mencapai dua digit, dapat dikurang
melalui kebijakan uang ketat.
- Indeks
Harga (Price Indeks)
Indeks harga adalah rata-rata tertimbang dari harga sejumlah
barang-barang dan jasa-jasa, dalam membuat indeks harga, para ekonom menimbang
harga individual dengan memperhatikan arti penting setiap barang secara
ekonomis. Indeks - indeks harga yang paling penting adalah indeks harga konsumen -
IHK (consumerprice indeks CPJ), deflator GNP, dan indeks harga
produsen-IHP (Producer price indeks-PPI).
-
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Pengukuran inflasi yang paling banyak digunakan adalah indeks
harga konsumen, yang dikenal juga sebagai IHK. IHK mengukur biaya sekelompok
barang-barang dan jasa-jasa dipasar, termasuk harga-harga makanan, pakaian,
pemukiman, bahan bakar, transportasi, perawatan, kesehatan, pendidikan dan
komoditi lain yang dibeli untuk menujang kehidupan sehari-hari.
Dengan menggunakan tahun 1995 sebagai tahun dasar, kita merancang
kembali harga setiap komoditi pada 100 sehingga perbedaan - perbedaan dalam unit
dari komoditi tidak mempengaruhi indeks harga. Hal ini secara tidak langsung
menyatakan bahwa IHK juga 100 untuk tahun dasar (= (0.20 x 100) + (0.50 x 100)
+ (0.30 x 100). Selanjutnya, kita hitung indeks harga konsumen dan tingkat
inflasi untuk tahun 1996. Di tahun 1996, harga-harga makanan meningkat 2 persen
menjadi 102, harga-harga pemukiman meningkat 6 persen menjadi 106, dan
harga-harga perawatan kesehatan meningkat 10 persen menjadi 110. Kita hitung
kembali IHK untuk tahun 1996 sebagai berikut:
IHK (1996) = (0.20 x 102) + (0.50 x 106) + (0.30
x 110)
= 106.4
Dengan kata lain, apabila tahun 1995 adalah tahun dasar di mana
IHK adalah 100, maka ditahun 1996 IHK adalah 106.4, tingkat inflasi di tahun
1996 dengan demikian adalah {
(106.4 -100) / 100} x 100 = 6.4 persen per tahun. Bahwa dengan indeks timbangan
tetap seperti IHK, harga-harga berubah dari tahun ke tahun tetapi timbangannya
tetap sama.
-
Deflator GNP
Deflator
GNP adalah rasio GNP nominal terhadap GNP rril, dan dengan demikian dapat
diinterpretasikan sebagai harga dari seluruh komponen GNP (konsumsi, investasi,
pengeluaran pemerintah, dan ekspor neto) dari pada sebagai harga pada sektor
tunggal. Indeks ini berbeda dari IHK juga karena ia adalah indeks timbangan
variabel, yang menimbang harga-harga dan kuantitas periode berjalan. Sebagai
tambahan, terdapat deflator untuk komponen-komponen GNP, seperti untuk
barang-barang investasi, konsumsi perseorangan dan sebagainya. Dan
kadang-kadang semuanya digunakan sebagai suplemen IHK.
-
Indeks Harga Produsen (IHP)
Indeks ini
mengukur tingkat harga pada tingkat produsen atau pedagang besar, yang
didasarkan pada kira-kira 3400 harga komoditi, termasuk harga-harga makanan,
produk manufaktur, dan produk pertambangan. Timbangan tetap yang digunakan
untuk menghitung IHP adalah penjualan bersih komoditi.
-
Masalah-masalah Angka Indeks
Beberapa masalah terkait langsung dengan indeks harga. Salah
satunya adalah masalah angka indeks, yang berhubungan dengan pemilihan periode
yang tepat untuk tahun dasar. Ingat bahwa IHK menggunakan timbangan tetap untuk
setiap barang. Sebagai akibatnya, biaya hidup ditaksir terlalu berlebihan
dibandingkan dengan situasi sebenarnya di mana konsumen akan mensubstitusikan
barang yang relatif tidak mahal terhadap barang yang relatif mahal.
-
Konsepsi Yang Keliru
Di bawah ini adalah beberapa pertanyaan
yang mencerminkan Kekeliruan konsepsi
yang umum, disertai dengan jawaban-jawaban yang benar.
1. Apakah inflasi berarti
bahwa harga barang-barang menjadi mahal?
Tidak, inflasi mempunyai arti bahwa tingkat harga rata-rata
mengalami kenaikan
2. Apakah inflasi berarti
bahwa kita bertambah miskin?
Tidak harus demikian, pendapatan nominal kita cenderung meningkat
secara cepat dalam periode inflasi, sehingga pendapatan riil kita (pendapatan
yang benar-benar untuk biaya hidup) dapat meningkat atau menurun selama masa
inflasi.
3. Apakah
perusahaan-perusahaan menjadi lebih kaya, sedangkan pekerja menderita selama
masa inflasi?
Tidak harus demikian, pengaruh inflasi pada distribusi pendapatan
tergantung pada penyebab inflasi.
-
Sejarah Panjang Inflasi
Inflasi adalah setua perekonomian pasar. Sepeti halnya wabah
penyakit, inflasi memiliki beberapa tingkat kejadian yang berbeda. Inflasi
terbagi menjadi tiga : inflasi moderat (moderat inflation), inflasi
ganas (galloping inflation), dan hiperinflasi. Gambaran ketiganya
ditunjukan pada gambar dibawah ini
0 10 100 1.000 1.000.000 1.000.000.000 1.000.000.000.000
Moderat Ganas Hiperinflasi
Laju inflasi (persen per tahun)
Keterangan: Inflasi terjadi dalam berbagai bentuk, kadang-kadang
hanya
menganggu, dilain waktu bersifat hanya merusak.
Gambar diatas menunjukan
tiga jenis inflasi, inflasi moderat adalah ciri khas di sebagian besar
negara-negara industri saat ini. Dalam inflasi ganas, seperti yang terlihat di
Brasil dan israel selama waktu-waktu terakhir ini, inflasi melonjak dari tahun
ke tahun, tetapi tidak meledak. Hiperinflasi timbul pada saat harga-harga
meningkat, ribuan, jutaan, atau triliunan persen per tahun.
1. Inflasi Moderat (Moderat
Inflation)
Inflasi moderat ditandai dengan harga-harga yang meningkat secara
lambat. Apabila harga-harga relatif stabil, masyarakat percaya pada uang.
Mereka bersedia memegang uang karena uang akan hampir sama nilainya pada bulan
atau tahun mendatang atau sebagaimana nilainya hari ini. Masyarakat bersedia
melakukan kontrak jangka panjang dalam nilai mata uang, karena mereka yakin
bahwa tingkat harga barang-barang yang mereka beli atau mereka jual tidak akan
bergerak terlalu jauh.
2. Inflasi Ganas
(Galloping Inflation)
Inflasi dalam dua digit atau tiga digit seperti 20, 100, atau 200
persen per tahun disebut "inflasi ganas". Jika inflasi ganas timbul,
maka timbulah gangguan-gangguan serius terhadap perekonomian. Umumnya, sebagian
besar konrak disusun dalam indeks harga atau mata uang asing, seperti dolar.
Dalam kondisi ini uang kehilangan nilainya dengan sangat cepat; tingkat bunga
riil dapat menjadi minus 50 atau 100 persen per tahun. Sebagai konsekuensinya,
masyarakat hanya memegang jumlah uang yang minimum yang diperlukan hanya untuk
transaksi harian. Pasar keuangan
menjadi tidak bergairah, dan dana-dana umumnya dialokasikan berdasarkan
rasio dari pada berdasarkan tingkat bunga.
3. Hiperinflasi
Meskipun perekonomian tampaknya dapat bertahan dari inflasi ganas,
jenis inflasi ketiga dan yang sangat mematikan bisa saja terjadi yaitu apabila
wabah hiperinflasi menyerang. Tidak ada segi baik perekonomian pasar, apabila
harga-harga meningkat jutaan atau bahkan triliunan per tahun. Berbagai
penelitian telah menemukan beberapa gambaran umum mengenai hiperinfasi.
Pertama, permintaan uang riil (diukur dengan stok uang dibagi dengan tingkat
harga) menurun secara drastis. Kedua, harga-harga relatif menjadi sangat tidak
stabil. Dalam kondisi normal, upah riil seseorang bergerak hanya satu persen
atau kurang dari bulan ke bulan.
Banyak orang takut terhadap inflasi,
sekalipun pada tingkat inflasi moderat 6 atau 9 persen. Karena mereka khawatir
bahwa harga-harga akan meningkat denga pesat, atau barangkali inflasi moderat
akan memburuk menjadi hiperinflasi.
Sejarah inflasi menyatakan bahwa tidak terdapat
kecenderungan yang tidak terelakan seperti itu. Hiperinflasi sangat jarang
terjadi. Sebagian besar hiperinflasi saat ini muncul di negara-negara yang
sedang melakukan transisi revolusioner dari perekonomian sosialis ke
perekonomian pasar.
Inflasi ganas di lain sisi, tidak jarang
terjadi. Seperti pada periode pengangguran yang berkepanjangan, inflasi ganas
akan muncul sewaktu-waktu, bahkan dalam perekonomian yang cukup maju.
Sumber - Sumber Inflasi
a. Inflasi Inersial
Dalam perekonomian industri modern, inflasi sangat bersifat
inersial. Artinya inflasi akan bertahan pada tingkat yang sama sampai
kejadian-kejadian ekonomi menyebabkannya untuk berubah. Laju inflasi yang
diperkirakan dan yang digunakan dalam perjanjian-perjanjian kontrak dan perjanjian
informal adalah laju inflasi inersial atau inti.
Tetapi sejarah menunjukan bahwa inflasi tidak akan bertahan
selamanya pada tingkat tertentu. Guncangan-guncangan dari perubahan-perubahan
pada permintaan agregat, perubahan minyak secara tajam, kegagalan panen,
pergeseran nilai tukar mata uang asing, perubahan produktifitas dan
kejadian-kejadian ekonomi lain yang tidak dapat diukur, menggeser inflasi ke
atas atau ke bawah laju inflasi inersial. Jenis guncangan yang utama yaitu
tarikan permintaan dan dorongan biaya. Ringkasnya, pada suatu waktu tertentu,
perekonomian tekh mewariskan laju inflasi tertentu, dan harapan masyarakat
disesuaikan pada tingkat ini. Laju inflasi inersial yang terbentuk ini
cenderung bertahan dalam jangka waktu yang lama sampai terjadi guncangan yang
menyebabkan bergerak naik atau turun.
b. Inflasi Tarikan
Permintaan (Demand Pull Inflation)
Inflasi tarikan permintaan timbul apabila permintaan agregat
meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian,
menarik harga ke atas untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan agregat.
Akibatnya permintaan dolar bersaing untuk penawaran komoditi yang terbatas, dan
meningkatkan harganya. Pada saat pengangguran menurun dan tenaga kerja menjadi
langka, upah akan meningkat dan terjadilah akselerasi proses inflasi.
Salah satu teori inflasi tarikan permintaan yang berpengaruh
menyatakan bahwa jumlah uang beredar adalah determinan utama inflasi. Alasan
dibalik pendekatan ini adalah bahwa pertumbuhan jumlah uang beredar meningkatkan
permintaan agregat, yang pada gilirannya menaikan tingkat harga.
c. Inflasi Dorongan Biaya
Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama periode
pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang kurang aktif disebut
inflasi dorongan biaya atau guncangan penawaran. Inflasi dorongan biaya tidak
muncul pada tahap-tahap awal perekonomian pasar. Ia pertama kali muncul selama
tahun 1930an dan 1940an, menyebabkan perubahan dramatis pada pola perilaku
harga sesudah perang dunia II.
Inflasi
memiliki momentum atau inersia yang sedemikkn besar karena sebagian besar
harga-harga dan upah ditetapkan dengan melihat kondisi perekonomkn masa yang
akan datang. Pada saat harga-harga dan upah meningkat secara cepat dan
diperkirakan akan terus demikian, dunia usaha dan para pekerja cenderung akan
memasukan laju inflasi yang cepat ke dalam keputusan-keputusan harga dan upah
mereka. Ekspektasi (harapan) inflasi yang tinggi atau rendah cenderung akan
dengan sendirinya memenuhi
ramalan-ramalah tersebut.
Tingkat harga versus inflasi
Pada umumnya, peningkatan permintaan
agregat, yaitu pergeseran kurva AD ke kanan, akan menaikan harga-harga dari
tingkat sebelumnya, dengan anggapan faktor-faktor lainnya tidak berubah.
Kekuatan ekonomi dapat menurunkan tingkat harga dibawah tingkat yang seharusnya
dicapai. Meskipun demikian, karena momentum biaya dan harga, perekonomian
kemungkinan tetap mengalami inflasi meskipun sedang menghadapi guncangan
kontraktif tersebut.
Pedoman ini merupakan kunci pemahaman
mengenai gejala staglasi atau inflasi tinggi dalam periode pengangguran tinggi.
Sepanjang unsur-unsur inerial yang mendesak biaya-biaya sangat berpengaruh,
resesi biaya saja tetap berlangsung bersamaan dengan laju inflasi yang tinggi meskipun
dengan inflasi di bawah tingkat inersial sebelumnya.
Teori Inflasi Modern
1. Kurva Phillips
Phillips menemukan hubungan terbalik antara pengangguran dan
perubahan nilai upah. Dia menemukan bahwa upah cenderung meningkat pada saat
pengangguran rendah dan sebaliknya. Mengapa pengangguran yang tinggi menurunkan
pertumbuhan nilai upah? Alasannya adalah para pekerja akan terlalu menekankan
pada peningkatan upah pada saat terdapat beberapa alternatif pekerjaan, dan
sebagian tambahan perusahaan-perusahaan akan lebih tegas menentang permintaan upah
pada saat laba rendah. Kurva phillip bermanfaat untuk menganalisis pergerakan
pengangguran dan inflasi jangka pendek
2. Dampak Inflasi
Inflasi adalah musuh nomor satu perekonomian. Selama periode
inflasi, seluruh harga dan upah tidak bergerak dengan tingkat yang sama;
artinya, terjadi perubahan dalam harga-harga relatif. Sebagai akibat dari
penyebaran harga-harga relatif, timbul dua akibat utama inflasi sebagai
berikut:
- Pendistribusian kembali (redistribusi) pendapatan dan kekayaan di
antara kelompok yang berbeda.
- Distorsi pada harga-harga relatif dan output dari barang yang
berbeda, atau kadang-kadang pada output dan kesempatan kerja pada perekonomian
secara keseluruhan.
3. Dampak terhadap
distribusi pendapatan dan kekayaan
Dampak distribusional utama dari inflasi berasal dari perbedaan
bentuk aktiva dan kewajiban yang dimiliki oleh masyarakat. Pada saat masyarakat
meminjam uang, peningkatan tajam pada harga-harga merupakan keuntungan tak
terduga bagi mereka.
4. Penyesuaian suku bunga
riil
Apabila inflasi terjadi dalam jangka waktu yang panjang,
masyarakat akan mengantisifasinya dan pasar akan segera melakukan penyesuaian.
Unsur inflasi akan secara bertahap disertakan dakm suku bunga pasar. Dampak
"utama deritribusi dari inflasi terjadi melalui pengaruhnya terhadap nilai
riil kekayaan masyarakat. Secara umum, inflasi yang tidak terantisifasi akan mendistribusikan
kembali kekayaan dari kreditur ke debitur (jadi, inflasi yang tidak
terantisipasi atau tidak teramalkan akan menguntungkan orang yang meminjam uang
dan merugikan orang yang meminjamkan uang). Penurunan inflasi yang tidak
terantisipasi mempunyai pengaruh sebaliknya.
Dampak Secara Makro dan Mikro
Pengaruh pertama adalah
terhadap tingkat output keseluruhan. Sampai dengan tahun 1970an, inflasi yang
tinggi biasanya berjalan seiring dengan kesempatan kerja dan output yang tinggi
pula. Peningkatan inflasi muncul pada saat terjadi investasi yang sangat cepat,
dan pekerjaan berlimpah. Periode penurunan inflasi yang tidak dapat
diantisipasi tahun 1930an, 1945,1958 dan 1982, adalah masa terjadinya
pengangguran tinggi pada tenaga kerja dan modal. Periode penurunan inflasi yang
seharusnya menyebabkan bank dan kreditur lainnya dalam keadaan lebih baik pada
kenyataannya mereka justru memilik piutang yang tidak dapat di tagih.
Peningkatan pada permintaan agregat akan meningkatkan harga maupun output;
tetapi guncangan penawaran yang menggeser kurva penawaran agregat ke atas, akan
meningkatkan harga dan menurunkan output. Kita memperoleh kesimpulan bahwa
inflasi dapat berhubungan dengan output dan kesempatan kerja yang tinggi atau
pun rendah.
Sementara itu pengaruh yang
lebih lunak dari inflasi adalah dampak secara mikro terhadap efisiensi ekonomi.
Pada umumnya semakin tinggi laju inflasi, semakin tinggi pula distorsi terhadap
harga-harga relatif. Distorsi harga terjadi pada saat harga - harga keluar dari garis
relatif terhadap biaya dan permintaan.
Pengaruh biaya biaya inflasi
Pengaruh inflasi
pertama-tama akan kita analis denga melihat apa yang terjadi dalam suatu
inflasi yang ideal yaitu inflasi yang terahtisipasi dan seimbang. Inflasi yang
seimbang adalah inflasi dimana harga-harga rektif tidak berubah. Para ekonom
berpendapat bahwa masyarakat seringkali salah dalam memahami hakekat inflasi,
mencapuradukan inflasi dengan harga-harga yang tinggi. Dalam kenyataan,
rendahnya biaya inflasi yang seimbang dan terantisipasi mengisyaratkan bahwa
persepsi umum mengenai kerusakan akibat inflasi kadang-kadang tidak akurat.
Pada umumnya, inflasi yang
moderat yang tidak terantisipasi memiliki akibat-akibat yang lebih berarti
terhadap distribusi pendapatan dan kekayaan, dibandingkan dengan terhadap
efisiensi sistem. Lompatan harga yang tidak diharapkan akan mempermiskin
sebagian orang dan memperkaya sebagian lainnya, tetapi hanya akan berdampak
kecil pada keefektifan pertanian dan pabrik-pabrik yang sedang berlangsung.
Selanjutnya pengaruh dari redistribusi sehubungan dengan inflasi tergantung
pada seberapa besar inflasi tersebut. Tidak diragukan bahwa infalsi ganas atau
hiperinflasi melemahkan moral dan vitalitas ekonomi.
Sejarah guncangan - guncangan harga minyak
dan inflasi yang berhubungan dengannya adalah pelajaran instruktif mengenai
dampak inflasi. Banyak dari biaya inflasi yang dirasakan tidak berasal dari
inflasi itu sendiri. Lebih jauh, penggeseran sosial muncul dari
perubahan-perubahan harga relatif. Pendapatan riil jatuh karena masyarakat
harus membayar lebih untuk produksi-produksi minyak, bukan karena kenaikan
tingkat harga umum. Bahkan apabila laju inflasi nol, peningkatan harga rektif
minyak akan tetap merugikan rumah tangga dan negara yang mengkonsumsi minyak.
Penilaian akhir
Inflasi merupakan fenomena
yang kompleks, yang menimbulkan biaya-biaya yang berbeda. Dari bukti-bukti yang
ditelusuri secara teliti menunjukan bahwa inflasi yang moderat seperti yang
terjadi di Amerika Serikat, hanya memilik pengaruh kecil terhadap produktifitas
dan output riil. Sebaliknya konsekuensi dari inflasi yang mendadak, akan segera
menimbulkan distorsi-distorsi atau perubahan- perubahan yang kuat pada
pendapatan dan kekayaan. Ini merupakan hal yang sangat berat dan tidak
menyenangkan lagi banyak individu, sama seperti pengalaman di rampok orang.
Akhirnya, sekalipun biaya inflasi tampak tidak terlalu besar, tanggapan
masyarakat terhadap kenaikan harga-harga sangat keras. Masyarakat biasanya
memilih pemimpin yang berjanji akan mengambil tindakan untuk mengekang inflasi
dengan cara mengurangi output dan meningkatkan pengangguran. Reaksi ini adalah
pegaruh inflasi yang paling nyata dan dramatis dalam perekonomian modern.
Kesimpulan
Beberapa
catatan penting yang bisa disimpulkan dalam kajian ini, yakni, pertama, Perubahan
dalam permintaan agregat mendorong perubahan harga dan output. Tentu saja,
karena ketidak fleksibelan upah, harga-harga akan meningkat sekalipun
perekonomian tetap mengalami pengangguran tinggi dan kapasitas yang tidak
dipergunakan secara penuh. Kedua, inflasi terjadi pada saat tingkat
harga umum meningkat ( dan deflasi tetjadi pada saat tingkat-tingkat harga umum
menurun). Sekarang ini, kita menghitung inflasi dengan menggunakan indeks harga
rata-rata tertimbang dari ribuan harga produk individual. Indeks harga konsumen
(IHK) mengukur biaya sekelompok barang konsumsi dan jasa-jasa secara relatif
terhadap biaya untuk kelompok yang bersangkutan selama tahun dasar tertentu.
Deflator GNP adalah harga GNP.
Ketiga, sampai perang dunia II, harga-harga meningkat selama masa perang
dan jatuh lagi sesudahnya. Saat ini, kita melihat bahwa inflasi meningkat
selama masa booming dan menurun selama resesi. Tetapi keseluruhan tingkat harga
hampk tidak pernah turun. Keempat, seperti wabah penyakit, inflasi
muncul dalam berbagai bentuk. Kita umumnya melihat inflasi yang moderat di
Amerika Serikat (beberapa persen per tahun). Kadang-kadang, inflasi ganas
menghasilkan peningkatan harga 50, 100 atau 200 persen per tahun. Hiperinflasi
muncul jika terjadi pencetakan uang secara berlebihan, dan harga-harga mulai
meningkat beberapa kali lipat dalam setiap bulan. Secara historis, hiperinflasi
selalu berhubungan dengan perang dan revolusi.
Kelima, inflasi mempengaruhi perekonomian melalui redistribusi pendapatan
dan kekayaan, dan melalui perubahan tingkat dan efisiensi produksi. Apabila
inflasi dan deflasi seimbang dan terantisipasi, seluruh harga dan upah
diharapkan bergerak dengan persentase yang sama, tanpa menguntungkan atau
merugikan siapapun dalam prosesnya. Bentuk inflasi ini jarang terjadi, inflasi
yang tidak dapat diramalkan biasanya menguntungkan para debitur, pencari laba,
dan spekulator pengambil resiko. Inflasi akan merugikan para kreditur, kelompok
berpendapat tetap, dan investor yang tidak berani berisiko. Keenam, mengingat
biaya-biaya inflasi yang cukup besar, mengatasi inflasi adalah suatu sasaran
utama kebijaksanaan ekonomi makro. Inflasi yang tidak seimbang mendistorsi
harga-harga relatif, tingkat pajak dan suku bunga nil. Masyarakat akan lebih
sering pergi ke bank, pajak akan meningkat, dan pendapatan akan terganggu. Juga
inflasi yang tidak terantisipasi mendorong investasi yang keliru dan menurunkan
moral serta redistribusi pendapatan secara random. Pada saat masyarakat
menentukan langkah untuk menurunkan inflasi, biaya-biaya riil dari langkah-langkah
tersebut akan menurunkan output dan
merusak kesempatan kerja.
Ketujuh, setiap waktu, perekonomian memiliki laju inflasi inersial atau
tingkat perkiraan inflasi yang tertentu. Yaitu tingkat di mana masyarakat telah
mengantisipasinya dan tingkat yang telah dimasukan ke dalam kontrak-kontrak dan
perjanjian-perjanjian tenaga kerja lainnya. Laju inflasi inersial dapat
bergerak lambat dengan tingkat yang sama setiap tahun tanpa kecenderungan yang
kuat untuk naik atau turun. Laju inflasi inersial adalah keseimbangan jangka
pendek, dan berlangsung terus menerus
sampai terjadi guncangan pada
perekonomian. Kedelapan., dalam kenyataan, guncangan harga yang tak
putus-putusnya selalu melanda kegiatan ekonomi. Jenis guncangan utamah yang
mendorong laju inflasi melebihi tingkat inersial adalah tarikan permintaan dan
desakan biaya. Inflasi tarikan permintaan terjadi apabila terlalu banyak
permintaan atas barang yang terlalu sedikit, yang menyebabkan kurva permintaan
agregat bergeser naik dan ke kanan. Akibatnya adalah tingkat upah dan harga pun
melonjak dipasar. Inflasi desakan biaya merupakan gejala baru dalam sistem
perekonomian industri modern. Keadaan ini terjadi bila biaya-biaya produksi
naik walaupun dalam periode pengangguran tinggi dan kapasitas menganggur.
Kesembilan,
Kurva Phillip menunjukan hubungan terbalik antara inflasi dan
penganguran. Dalam jangka pendek, menurunkan salah satunya berarti meningkatkan
yang lain. Kesepuluh, Teori inflasi modern berdasarkan pada konsep
tingkat pengangguran alamiah adalah tingkat terendah yang dapat dipertahankan
tanpa resiko karena kenaikan inflasi yang berbentuk spiral. Kondisi ini
merupakan tingkat pengangguran dari sumber-sumber daya dimana pekerja dan pasar
produk berada pada keseimbangan.
Daftar Referensi
Boediono, Ekonomi Makro (Sinopsis),
BPFE-UGM, Yogyakarta, 2001.
Info Bank, Penyesuaian Suku Bunga Riil,
Edisi Juli 2001.
Kompas, Dampak Inflasi, Edisi 22 April
2004.
Nopirin, Ekonomi Moneter, BPFE-UGM,
Yogyakarta, 2003.
Sadono Sukirun, Pengantar Teori Makro
Ekonomi Edisi Kedua, (PFE-UI, Jakarta, 2005.
Samuelson Paul A. dan Nordhaus William D
"Makro Ekonomi", Edisi Keempat Belas
(Terjemahan), (PFEUI-Jakarta,
2004.
Soedarsono, Ekonomi Makro, LP3ES,
Jakarta, 2000.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar