Selasa, 05 November 2013

KARYA ILMIAH 14



Inflasi
"Kanker Ekonomi" Yang Menggerogoti Negara
Oleh: Muh Abul Halim, SE, MSi

Abstract"
An inflation is prices tendency to rise generally and continuously in a long time. "Generally and continuously in a long time " must be underlined. Because, in the reality, the prices of the commodities may rise temporarily only, such as on Lebaran, Christmas, new year, and so on. But they are short time only, not long time. After those big holidays passed, the prices became normal or stable again.
Not only one but also all commodities may rise. In other word, a large group of commodities. Soft inflation (4 to 6 percent each year) is not too dangerous for an economy. Even supposed "healthy"for an economic growth. But galloping inflation (100 to 200 percent each year) is very dangerous for an economic development. This kind of inflation can destroy not only economic but also social, politic aspects, and so on.Serious conditions may also be caused by that galloping inflation such as a large-scale demonstration of people power to disband legal government or coup d'etat, civil war, social and security disturbances rising et cetera. A state government (including Indonesia) must prevent galloping inflation so that the economic growth can run well. If it grows, so the prosperity can increase. The society welfare increase too.

Kata kunci: Harga, Inflasi, Makro, Mikro
Dalam sistem perekonomian suatu negara baik di negara maju maupun negara berkembang suatu negara tidak akan terlepas  dari inflasi. Inflasi itu sendiri merupakan suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalarn suatu perekonomian. Atau kadang bisa Inflasi: "Kanker Ekonomi" Yang Menggerogoti Negara disebut juga dengan proses naiknya harga barang dan jasa secara terus menerus biasanya diukur dalam jangka waktu satu tahun.
Pada saat sekarang ini perkembangan makro ekonomi di nilai terus membaik di tengah masih terpuruknya kondisi sektor riil yang mana peluang inflasi pada saat ini di bawah 7 persen pada akhir 2006 kian terbuka. Saat ini, probability tercapainya skenario inflasi kurang dari tujuh persen pada akhir tahun ini semakin membesar. Inflasi di bawah tujuh persen tersebut lebih rendah dari target yang di rencanaka pemerintah yakni delapan persen.
Pada bulan sebelumnya inflasi diperkirakan akhir tahun bisa berada di level bawah dari kisaran target, yakni 7,33 persen. Melihat perkembangan semakin membaik, disertai catatan tidak ada masalah dari faktor lainnya, laju inflasi diperkirakan bisa lebih rendah lagi. Perkiraan tersebut didasarkan atas rendahnya inflasi periode bulan januari sampai agustus yang hanya sebesar 3,67 persen. Berdasarkan data historis, laju inflasi selama triwulan keempat dimana ada lebaran, natal dan tahun baru, berkisar 3 persen sampai 3,5 persen. Jika inflasi akhir tahun bisa di bawah 7 persen, maka akan menyamai pencapaian pada akhir tahun 2004. kondisi ini pun akan memudahkan BI mencapai target inflasi tahun 2007 sebesar 6 persen.
Inflasi yang makin rendah akan memperbesar ruang penurunan suku bunga atau BI Rate yang saat ini berada di level 11.25 persen. Jika inflasi mencapai tujuh persen, maka BI Rate bisa lebih rendah dari 10 persen. Penurunan BI Rate selama ini telah direspon bank dengan menurunkan bunga deposito dan bunga kredit. Penurunan suku bunga kredit berjalan sangat lambat. Kondisi tersebut, dipengaruhi oleh sejumlah hal, antara lain, tingkat kredit bermasalah, biaya di masa lalu, dan efisiensi bank.
Ada tiga faktor yang menyebabkan suku bunga kredit lambat penurunannya. Pertama, ada selisih waktu antara penurunan BI Rate dan bunga kredit. Kedua, adanya target laba yang dibebankan kepada manajemen bank. Ketiga, tingginya kredit bermasalah pada bank-bank besar, yang selama ini sangat mempengaruhi terhadap pergerakan suku bunga bank.
Lambatnya penurunan suku bunga kredit lebih disebabkan faktor sistem dan administrasi. Biasanya bank meninjau suku bunga kredit setiap enam bulan sekali. Jadi perubahan BI Rate yang terjadi tiap bulan tak akan berpengaruh. Bank tidak akan mungkin meninjau suku bunga kredit setiap bulan.
Penurunan suku bunga kredit akan meningkatkan permintaan kredit, pelaku bisnis bakal terpacu mengembangkan usaha karena ongkos semakin murah. Pada bulan agustus 2006 pertumbuhan kredit cukup besar, sekitar Rp 13 triliun. Membaiknya perekonomian membuat optimis target pertumbuhan ekonomi versi pemerinah sebesar 5.8 persen.

Akar Persoalan Inflasi
Inflasi merupakan masalah utama di banyak negara berkembang dan menjadi pertanda bagi negara-negara sosialis untuk melakukan perubahan yang mengarah ke pasar. Tingkat inflasi (persentasi pertambahan kenaikan harga) berbeda dari satu periode ke-periode lainnya, dan berbeda pula dari satu negara ke negara lain. Adakalanya tingkat inflasi adalah rendah yaitu mencapai di bawah 4 - 6 persen, tingkat inflasi yang moderat mencapai diantara 5 - 10 persen. Inflasi yang sangat serius dapat mencapai tingkat beberapa ratus atau beberapa ribu persen dalam setahun.
Masalah kenaikan harga-harga yang berlaku diakibatkan oleh banyak faktor. Di negara - negara industri pada umumnya inflasi bersumber dari salah satu atau gabungan dari dua masalah berikut :
1.    Undercapacity of firms to fulfil the aggregate demand increasing continuously (kemampuan perusahaan yang kurang untuk memenuhi permintaan egregat yang terus meningkat)
Keinginan untuk mendapatkan barang yang mereka butuhkan akan mendorong para konsumen meminta barang itu pada harga yang lebih tinggi. Sebaliknya para pengusaha akan mencoba menahan barangnya dan hanya menjual kepada pembeli - pembeli yang bersedia membayar pada harga yang lebih tinggi. Kedua dua kecenderungan ini akan menyebabkan kenaikan harga-harga.
2.   Workers in many economic sectors claim wages rising
Apabila para pengusaha mulai menghadapi kesukaran dalam mencari tambahan pekerja untuk menambah produksinya, pekerja-pekerja yang ada akan terdorong untuk menuntut kenaikan upaah. Apabila tuntutan kenaikan upah berlaku secara meluas, akan terjadi kenaikan biaya produksi dari berbagai barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian. Kenaikan biaya produksi tersebut akan mendorong perusahaan-perusahaan menaikan harga - harga barang mereka.

Kedua masalah yang diterangkan diatas biasanya berlaku apabila perekonomian sudah mendekati tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (fall employment). Dengan perkataan lain di dalam perekonomian yang sudah sangat maju, masalah inflasi sangat erat kaitannya dengan tingkat penggunaan tenaga kerja. Disamping itu inflasi dapat pula terjadi sebagai akibat dari :
1.    Imported commodities prices rising aKenaikan harga-harga barang yang diimpor
2. Excessively money supply increasing without quantity of commodities increasing. aPenambahan penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti oleh pertambahan produksi dan penawaran barang
3.  Politic and economic anarchy because of less responsible government aKekacauan politik dan ekonomi sebagai akibat pemerintahan yang kurang bertanggungjawab.

Kenaikan harga-harga yang berlaku dalam satu waktu ke waktu lainnya tidak berlaku secara seragam. Kenaikan tersebut biasanya berlaku ke atas kebanyakan barang, tetapi tingkat kenaikannya berbeda. Ada yang tinggi persentasenya dan ada yang rendah. Disamping itu sebagian barang tidak mengalami kenaikan. Berlakunya tingkat perubahan harga yang berbeda tersebut menyebabkan indeks harga perlu dibentuk untuk menggambarkan tingkat perubahan harga-harga yang berlaku dalam suatu negara. Untuk mengukur tingkat inflasi, indeks harga yang selalu digunakan adalah indeks harga konsumen, yaitu indeks harga dari barang-barang yang selalu digunakan para konsumen.
Untuk membentuk indeks harga, tiga langkah perlu dilakukan : (1) Pemilihan tahun dasar, yaitu tahun yang menjadi titik tolak dalam membandingkan perubahan harga (2) Menentukan jenis-jenis barang yang perubahan harga-harganya akan diamati untuk membentuk indeks harga (3) Menghitung indeks harga.
Dibawah ini ditujukan suatu contoh sederhana untuk menghitung indeks harga. Dimisalkan tahun dasar adakh tahun 1980. yang dihitung adalah indeks harga pada akhir tahun 1993. Dalam penghitungan tersebut dimisalkan 4 jenis barang digunakan untuk membentuk indeks harga konsumen, yaitu barang A, B, C, dan D. Disamping mengumpulkan data perubahan harga-harganya, harus pula ditentukan "weight" atau kepentingan relaitif setiap kelompok barang dalam konsumsi masyarakat. Sebagai contoh dimisalkan kumpulan barang A sangat penting dalam masyarakat; pengeluarannya meliputi 50 persen dari pengeluaran keseluruhan masyarakat. Maka dalam contoh penghitungan kelompok barang A diberi weight sebanyak 50 persen.
Tabel 1
Contoh sederhana menghitung indeks harga konsumen
Kelompok Barang

Weight
Tahun dasar (1980)
Tahun 1993
Harga
Harga X
Harga
Harga X
(rupiah)
Weight
(rupiah)
Weight
A
50
1.000
50.000
2.000
100.000
B
20
5.000
100.000
11.000
220.000
C
5
5.000
25.000
16.000
80.000
D
25
3.000
75.000
8.000
200.000

100

250.000

600.000
Dengan mengetahui nilai kepentingan rektif (weight) berbagai barang dan harga masing-masing dikumpulan barang tersebut, dapatkh dihitung nilai harga x weight untuk 1980 dan 1993, tabel tersebut menunjukan nilai tersebut adalah 250.000 pada tahun 1980, sedangkan untuk tahun 1993 nilainya adalah 600.000. Berdasarkan pada kedua-dua angka tersebut indeks harga tahun 1993 dapat dihitung, yaitu :

 =x 100 = 240

Indeks harga pada tahun dasar adalah 100. Dengan demikian diantara tahun 1980 dan 1993 harga telah meningkat sebanyak 140 persen.
Tingkat inflasi terutama dimaksudkan untuk menggambarkan perubahan harga-harga dalam suatu tahun tertentu, untuk menentukannya perlu diperhatikan data indeks harga konsumen dari suatu tahun dan seterusnya dibandingkan dengan indeks harga pada tahun lainnya. Meneruskan contoh diatas, misalkan dakm tahun 1994 indeks harg konsumen adalah 251. Berapakah tingkat inflasi dalam tahun 1994 perhitungan dibawah ini menjawab pertanyaan tersebut.

Tingkat Inflasi dalam tahun 1994   =x 100 = 4,6 persen

Inflasi menunjukan kenaikan dalam tingkat harga umum. Laju inflasi adalah perubahan tingkat harga umum dan diukur sebagai berikut:
Laju inflasi (tahun t)           =x 100
Secara konseptual, tingkat harga diukur sebagai rata-rata tertimbang dari barang-barang dan jasa-jasa dalam perekonomian. Dalam prakteknya kita mengukur tingkat harga keseluruhan dengan membuat indeks harga yang merupakan rata-rata harga konsumen atau produsen.
Deflasi
Lawan dari inflasi adalah deflasi, yang timbul pada saat tingkat harga umum menurun. Deflasi sangat jarang terjadi di akhir abad kedua puluh. Di Amerika Serikat, saat terakhir tingkat harga konsumen benar-benar menurun dari satu tahun ke tahun berikutnya adalah pada tahun 1955. Deflasi yang berkepanjangan, dimana harga-harga menurun secara tetap selama periode bebetapa tahun. Terminologi yang berhubungan dengan deflasi adalah disinflasi, yang menunjukan penurunan laju inflasi. Periode disinflasi yang belum lama berselang tetjadi pada awal tahun 1980an, pada saat laju inflasi yang mencapai dua digit, dapat dikurang melalui kebijakan uang ketat.
-    Indeks Harga (Price Indeks)
Indeks harga adalah rata-rata tertimbang dari harga sejumlah barang-barang dan jasa-jasa, dalam membuat indeks harga, para ekonom menimbang harga individual dengan memperhatikan arti penting setiap barang secara ekonomis. Indeks - indeks harga yang paling penting adalah indeks harga konsumen - IHK (consumerprice indeks CPJ), deflator GNP, dan indeks harga produsen-IHP (Producer price indeks-PPI).
-       Indeks Harga Konsumen (IHK)
Pengukuran inflasi yang paling banyak digunakan adalah indeks harga konsumen, yang dikenal juga sebagai IHK. IHK mengukur biaya sekelompok barang-barang dan jasa-jasa dipasar, termasuk harga-harga makanan, pakaian, pemukiman, bahan bakar, transportasi, perawatan, kesehatan, pendidikan dan komoditi lain yang dibeli untuk menujang kehidupan sehari-hari.
Dengan menggunakan tahun 1995 sebagai tahun dasar, kita merancang kembali harga setiap komoditi pada 100 sehingga perbedaan - perbedaan dalam unit dari komoditi tidak mempengaruhi indeks harga. Hal ini secara tidak langsung menyatakan bahwa IHK juga 100 untuk tahun dasar (= (0.20 x 100) + (0.50 x 100) + (0.30 x 100). Selanjutnya, kita hitung indeks harga konsumen dan tingkat inflasi untuk tahun 1996. Di tahun 1996, harga-harga makanan meningkat 2 persen menjadi 102, harga-harga pemukiman meningkat 6 persen menjadi 106, dan harga-harga perawatan kesehatan meningkat 10 persen menjadi 110. Kita hitung kembali IHK untuk tahun 1996 sebagai berikut:

IHK (1996)            = (0.20 x 102) + (0.50 x 106) + (0.30 x 110)
= 106.4
Dengan kata lain, apabila tahun 1995 adalah tahun dasar di mana IHK adalah 100, maka ditahun 1996 IHK adalah 106.4, tingkat inflasi di tahun 1996 dengan demikian adalah            { (106.4 -100) / 100} x 100 = 6.4 persen per tahun. Bahwa dengan indeks timbangan tetap seperti IHK, harga-harga berubah dari tahun ke tahun tetapi timbangannya tetap sama.

-           Deflator GNP
Deflator GNP adalah rasio GNP nominal terhadap GNP rril, dan dengan demikian dapat diinterpretasikan sebagai harga dari seluruh komponen GNP (konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor neto) dari pada sebagai harga pada sektor tunggal. Indeks ini berbeda dari IHK juga karena ia adalah indeks timbangan variabel, yang menimbang harga-harga dan kuantitas periode berjalan. Sebagai tambahan, terdapat deflator untuk komponen-komponen GNP, seperti untuk barang-barang investasi, konsumsi perseorangan dan sebagainya. Dan kadang-kadang semuanya digunakan sebagai suplemen IHK.
-          Indeks Harga Produsen (IHP)
Indeks ini mengukur tingkat harga pada tingkat produsen atau pedagang besar, yang didasarkan pada kira-kira 3400 harga komoditi, termasuk harga-harga makanan, produk manufaktur, dan produk pertambangan. Timbangan tetap yang digunakan untuk menghitung IHP adalah penjualan bersih komoditi.
-          Masalah-masalah Angka Indeks
Beberapa masalah terkait langsung dengan indeks harga. Salah satunya adalah masalah angka indeks, yang berhubungan dengan pemilihan periode yang tepat untuk tahun dasar. Ingat bahwa IHK menggunakan timbangan tetap untuk setiap barang. Sebagai akibatnya, biaya hidup ditaksir terlalu berlebihan dibandingkan dengan situasi sebenarnya di mana konsumen akan mensubstitusikan barang yang relatif tidak mahal terhadap barang yang relatif mahal.
-          Konsepsi Yang Keliru
Di bawah ini adalah beberapa pertanyaan yang mencerminkan Kekeliruan  konsepsi yang umum, disertai dengan jawaban-jawaban yang benar.
1.    Apakah inflasi berarti bahwa harga barang-barang menjadi mahal?
Tidak, inflasi mempunyai arti bahwa tingkat harga rata-rata mengalami kenaikan
2.    Apakah inflasi berarti bahwa kita bertambah miskin?
Tidak harus demikian, pendapatan nominal kita cenderung meningkat secara cepat dalam periode inflasi, sehingga pendapatan riil kita (pendapatan yang benar-benar untuk biaya hidup) dapat meningkat atau menurun selama masa inflasi.
3.    Apakah perusahaan-perusahaan menjadi lebih kaya, sedangkan pekerja menderita selama masa inflasi?
Tidak harus demikian, pengaruh inflasi pada distribusi pendapatan tergantung pada penyebab inflasi.

-          Sejarah Panjang Inflasi
Inflasi adalah setua perekonomian pasar. Sepeti halnya wabah penyakit, inflasi memiliki beberapa tingkat kejadian yang berbeda. Inflasi terbagi menjadi tiga : inflasi moderat (moderat inflation), inflasi ganas (galloping inflation), dan hiperinflasi. Gambaran ketiganya ditunjukan pada gambar dibawah ini
Text Box: AS.1960an
 
 

Jerman
1960an


AS 1970an


Italia  
1970an


Brazil 
1980an 


Israel 
1980an

  

Polandia
A989











Jerman 1923




 



       0                                       10            100                                   1.000        1.000.000      1.000.000.000      1.000.000.000.000
                       Moderat                            Ganas                                                                   Hiperinflasi

Laju inflasi (persen per tahun)
Keterangan: Inflasi terjadi dalam berbagai bentuk, kadang-kadang hanya
menganggu, dilain waktu bersifat hanya merusak.


Gambar diatas menunjukan tiga jenis inflasi, inflasi moderat adalah ciri khas di sebagian besar negara-negara industri saat ini. Dalam inflasi ganas, seperti yang terlihat di Brasil dan israel selama waktu-waktu terakhir ini, inflasi melonjak dari tahun ke tahun, tetapi tidak meledak. Hiperinflasi timbul pada saat harga-harga meningkat, ribuan, jutaan, atau triliunan persen per tahun.
1.    Inflasi Moderat (Moderat Inflation)
Inflasi moderat ditandai dengan harga-harga yang meningkat secara lambat. Apabila harga-harga relatif stabil, masyarakat percaya pada uang. Mereka bersedia memegang uang karena uang akan hampir sama nilainya pada bulan atau tahun mendatang atau sebagaimana nilainya hari ini. Masyarakat bersedia melakukan kontrak jangka panjang dalam nilai mata uang, karena mereka yakin bahwa tingkat harga barang-barang yang mereka beli atau mereka jual tidak akan bergerak terlalu jauh.
2.   Inflasi Ganas (Galloping Inflation)
Inflasi dalam dua digit atau tiga digit seperti 20, 100, atau 200 persen per tahun disebut "inflasi ganas". Jika inflasi ganas timbul, maka timbulah gangguan-gangguan serius terhadap perekonomian. Umumnya, sebagian besar konrak disusun dalam indeks harga atau mata uang asing, seperti dolar. Dalam kondisi ini uang kehilangan nilainya dengan sangat cepat; tingkat bunga riil dapat menjadi minus 50 atau 100 persen per tahun. Sebagai konsekuensinya, masyarakat hanya memegang jumlah uang yang minimum yang diperlukan hanya untuk transaksi harian. Pasar keuangan   menjadi tidak bergairah, dan dana-dana umumnya dialokasikan berdasarkan rasio dari pada berdasarkan tingkat bunga.

3.   Hiperinflasi
Meskipun perekonomian tampaknya dapat bertahan dari inflasi ganas, jenis inflasi ketiga dan yang sangat mematikan bisa saja terjadi yaitu apabila wabah hiperinflasi menyerang. Tidak ada segi baik perekonomian pasar, apabila harga-harga meningkat jutaan atau bahkan triliunan per tahun. Berbagai penelitian telah menemukan beberapa gambaran umum mengenai hiperinfasi. Pertama, permintaan uang riil (diukur dengan stok uang dibagi dengan tingkat harga) menurun secara drastis. Kedua, harga-harga relatif menjadi sangat tidak stabil. Dalam kondisi normal, upah riil seseorang bergerak hanya satu persen atau kurang dari bulan ke bulan.
Banyak orang takut terhadap inflasi, sekalipun pada tingkat inflasi moderat 6 atau 9 persen. Karena mereka khawatir bahwa harga-harga akan meningkat denga pesat, atau barangkali inflasi moderat akan memburuk menjadi hiperinflasi.
Sejarah inflasi menyatakan bahwa tidak terdapat kecenderungan yang tidak terelakan seperti itu. Hiperinflasi sangat jarang terjadi. Sebagian besar hiperinflasi saat ini muncul di negara-negara yang sedang melakukan transisi revolusioner dari perekonomian sosialis ke perekonomian pasar.
Inflasi ganas di lain sisi, tidak jarang terjadi. Seperti pada periode pengangguran yang berkepanjangan, inflasi ganas akan muncul sewaktu-waktu, bahkan dalam perekonomian yang cukup maju.
Sumber - Sumber Inflasi
a.   Inflasi Inersial
Dalam perekonomian industri modern, inflasi sangat bersifat inersial. Artinya inflasi akan bertahan pada tingkat yang sama sampai kejadian-kejadian ekonomi menyebabkannya untuk berubah. Laju inflasi yang diperkirakan dan yang digunakan dalam perjanjian-perjanjian kontrak dan perjanjian informal adalah laju inflasi inersial atau inti.
Tetapi sejarah menunjukan bahwa inflasi tidak akan bertahan selamanya pada tingkat tertentu. Guncangan-guncangan dari perubahan-perubahan pada permintaan agregat, perubahan minyak secara tajam, kegagalan panen, pergeseran nilai tukar mata uang asing, perubahan produktifitas dan kejadian-kejadian ekonomi lain yang tidak dapat diukur, menggeser inflasi ke atas atau ke bawah laju inflasi inersial. Jenis guncangan yang utama yaitu tarikan permintaan dan dorongan biaya. Ringkasnya, pada suatu waktu tertentu, perekonomian tekh mewariskan laju inflasi tertentu, dan harapan masyarakat disesuaikan pada tingkat ini. Laju inflasi inersial yang terbentuk ini cenderung bertahan dalam jangka waktu yang lama sampai terjadi guncangan yang menyebabkan bergerak naik atau turun.
b.    Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation)
Inflasi tarikan permintaan timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, menarik harga ke atas untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan agregat. Akibatnya permintaan dolar bersaing untuk penawaran komoditi yang terbatas, dan meningkatkan harganya. Pada saat pengangguran menurun dan tenaga kerja menjadi langka, upah akan meningkat dan terjadilah akselerasi proses inflasi.
Salah satu teori inflasi tarikan permintaan yang berpengaruh menyatakan bahwa jumlah uang beredar adalah determinan utama inflasi. Alasan dibalik pendekatan ini adalah bahwa pertumbuhan jumlah uang beredar meningkatkan permintaan agregat, yang pada gilirannya menaikan tingkat harga.
c.   Inflasi Dorongan Biaya
Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama periode pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang kurang aktif disebut inflasi dorongan biaya atau guncangan penawaran. Inflasi dorongan biaya tidak muncul pada tahap-tahap awal perekonomian pasar. Ia pertama kali muncul selama tahun 1930an dan 1940an, menyebabkan perubahan dramatis pada pola perilaku harga sesudah perang dunia II.

Inflasi memiliki momentum atau inersia yang sedemikkn besar karena sebagian besar harga-harga dan upah ditetapkan dengan melihat kondisi perekonomkn masa yang akan datang. Pada saat harga-harga dan upah meningkat secara cepat dan diperkirakan akan terus demikian, dunia usaha dan para pekerja cenderung akan memasukan laju inflasi yang cepat ke dalam keputusan-keputusan harga dan upah mereka. Ekspektasi (harapan) inflasi yang tinggi atau rendah cenderung akan dengan sendirinya  memenuhi ramalan-ramalah tersebut.

Tingkat harga versus inflasi
Pada umumnya, peningkatan permintaan agregat, yaitu pergeseran kurva AD ke kanan, akan menaikan harga-harga dari tingkat sebelumnya, dengan anggapan faktor-faktor lainnya tidak berubah. Kekuatan ekonomi dapat menurunkan tingkat harga dibawah tingkat yang seharusnya dicapai. Meskipun demikian, karena momentum biaya dan harga, perekonomian kemungkinan tetap mengalami inflasi meskipun sedang menghadapi guncangan kontraktif tersebut.
Pedoman ini merupakan kunci pemahaman mengenai gejala staglasi atau inflasi tinggi dalam periode pengangguran tinggi. Sepanjang unsur-unsur inerial yang mendesak biaya-biaya sangat berpengaruh, resesi biaya saja tetap berlangsung bersamaan dengan laju inflasi yang tinggi meskipun dengan inflasi di bawah tingkat inersial sebelumnya.

Teori Inflasi Modern
1.   Kurva Phillips
Phillips menemukan hubungan terbalik antara pengangguran dan perubahan nilai upah. Dia menemukan bahwa upah cenderung meningkat pada saat pengangguran rendah dan sebaliknya. Mengapa pengangguran yang tinggi menurunkan pertumbuhan nilai upah? Alasannya adalah para pekerja akan terlalu menekankan pada peningkatan upah pada saat terdapat beberapa alternatif pekerjaan, dan sebagian tambahan perusahaan-perusahaan akan lebih tegas menentang permintaan upah pada saat laba rendah. Kurva phillip bermanfaat untuk menganalisis pergerakan pengangguran dan inflasi jangka pendek
2.   Dampak Inflasi
Inflasi adalah musuh nomor satu perekonomian. Selama periode inflasi, seluruh harga dan upah tidak bergerak dengan tingkat yang sama; artinya, terjadi perubahan dalam harga-harga relatif. Sebagai akibat dari penyebaran harga-harga relatif, timbul dua akibat utama inflasi sebagai berikut:
-   Pendistribusian kembali (redistribusi) pendapatan dan kekayaan di antara kelompok yang berbeda.
-    Distorsi pada harga-harga relatif dan output dari barang yang berbeda, atau kadang-kadang pada output dan kesempatan kerja pada perekonomian secara keseluruhan.
3.   Dampak terhadap distribusi pendapatan dan kekayaan
Dampak distribusional utama dari inflasi berasal dari perbedaan bentuk aktiva dan kewajiban yang dimiliki oleh masyarakat. Pada saat masyarakat meminjam uang, peningkatan tajam pada harga-harga merupakan keuntungan tak terduga bagi mereka.
4.   Penyesuaian suku bunga riil
Apabila inflasi terjadi dalam jangka waktu yang panjang, masyarakat akan mengantisifasinya dan pasar akan segera melakukan penyesuaian. Unsur inflasi akan secara bertahap disertakan dakm suku bunga pasar. Dampak "utama deritribusi dari inflasi terjadi melalui pengaruhnya terhadap nilai riil kekayaan masyarakat. Secara umum, inflasi yang tidak terantisifasi akan mendistribusikan kembali kekayaan dari kreditur ke debitur (jadi, inflasi yang tidak terantisipasi atau tidak teramalkan akan menguntungkan orang yang meminjam uang dan merugikan orang yang meminjamkan uang). Penurunan inflasi yang tidak terantisipasi mempunyai pengaruh sebaliknya.
Dampak Secara Makro dan Mikro
Pengaruh pertama adalah terhadap tingkat output keseluruhan. Sampai dengan tahun 1970an, inflasi yang tinggi biasanya berjalan seiring dengan kesempatan kerja dan output yang tinggi pula. Peningkatan inflasi muncul pada saat terjadi investasi yang sangat cepat, dan pekerjaan berlimpah. Periode penurunan inflasi yang tidak dapat diantisipasi tahun 1930an, 1945,1958 dan 1982, adalah masa terjadinya pengangguran tinggi pada tenaga kerja dan modal. Periode penurunan inflasi yang seharusnya menyebabkan bank dan kreditur lainnya dalam keadaan lebih baik pada kenyataannya mereka justru memilik piutang yang tidak dapat di tagih. Peningkatan pada permintaan agregat akan meningkatkan harga maupun output; tetapi guncangan penawaran yang menggeser kurva penawaran agregat ke atas, akan meningkatkan harga dan menurunkan output. Kita memperoleh kesimpulan bahwa inflasi dapat berhubungan dengan output dan kesempatan kerja yang tinggi atau pun rendah.
Sementara itu pengaruh yang lebih lunak dari inflasi adalah dampak secara mikro terhadap efisiensi ekonomi. Pada umumnya semakin tinggi laju inflasi, semakin tinggi pula distorsi terhadap harga-harga relatif. Distorsi harga terjadi pada saat harga - harga keluar dari garis relatif terhadap biaya dan permintaan.

Pengaruh biaya biaya inflasi
Pengaruh inflasi pertama-tama akan kita analis denga melihat apa yang terjadi dalam suatu inflasi yang ideal yaitu inflasi yang terahtisipasi dan seimbang. Inflasi yang seimbang adalah inflasi dimana harga-harga rektif tidak berubah. Para ekonom berpendapat bahwa masyarakat seringkali salah dalam memahami hakekat inflasi, mencapuradukan inflasi dengan harga-harga yang tinggi. Dalam kenyataan, rendahnya biaya inflasi yang seimbang dan terantisipasi mengisyaratkan bahwa persepsi umum mengenai kerusakan akibat inflasi kadang-kadang tidak akurat.
Pada umumnya, inflasi yang moderat yang tidak terantisipasi memiliki akibat-akibat yang lebih berarti terhadap distribusi pendapatan dan kekayaan, dibandingkan dengan terhadap efisiensi sistem. Lompatan harga yang tidak diharapkan akan mempermiskin sebagian orang dan memperkaya sebagian lainnya, tetapi hanya akan berdampak kecil pada keefektifan pertanian dan pabrik-pabrik yang sedang berlangsung. Selanjutnya pengaruh dari redistribusi sehubungan dengan inflasi tergantung pada seberapa besar inflasi tersebut. Tidak diragukan bahwa infalsi ganas atau hiperinflasi melemahkan moral dan vitalitas ekonomi.
Sejarah guncangan - guncangan harga minyak dan inflasi yang berhubungan dengannya adalah pelajaran instruktif mengenai dampak inflasi. Banyak dari biaya inflasi yang dirasakan tidak berasal dari inflasi itu sendiri. Lebih jauh, penggeseran sosial muncul dari perubahan-perubahan harga relatif. Pendapatan riil jatuh karena masyarakat harus membayar lebih untuk produksi-produksi minyak, bukan karena kenaikan tingkat harga umum. Bahkan apabila laju inflasi nol, peningkatan harga rektif minyak akan tetap merugikan rumah tangga dan negara yang mengkonsumsi minyak.

Penilaian akhir
Inflasi merupakan fenomena yang kompleks, yang menimbulkan biaya-biaya yang berbeda. Dari bukti-bukti yang ditelusuri secara teliti menunjukan bahwa inflasi yang moderat seperti yang terjadi di Amerika Serikat, hanya memilik pengaruh kecil terhadap produktifitas dan output riil. Sebaliknya konsekuensi dari inflasi yang mendadak, akan segera menimbulkan distorsi-distorsi atau perubahan- perubahan yang kuat pada pendapatan dan kekayaan. Ini merupakan hal yang sangat berat dan tidak menyenangkan lagi banyak individu, sama seperti pengalaman di rampok orang. Akhirnya, sekalipun biaya inflasi tampak tidak terlalu besar, tanggapan masyarakat terhadap kenaikan harga-harga sangat keras. Masyarakat biasanya memilih pemimpin yang berjanji akan mengambil tindakan untuk mengekang inflasi dengan cara mengurangi output dan meningkatkan pengangguran. Reaksi ini adalah pegaruh inflasi yang paling nyata dan dramatis dalam perekonomian modern.

Kesimpulan
Beberapa catatan penting yang bisa disimpulkan dalam kajian ini, yakni, pertama, Perubahan dalam permintaan agregat mendorong perubahan harga dan output. Tentu saja, karena ketidak fleksibelan upah, harga-harga akan meningkat sekalipun perekonomian tetap mengalami pengangguran tinggi dan kapasitas yang tidak dipergunakan secara penuh. Kedua, inflasi terjadi pada saat tingkat harga umum meningkat ( dan deflasi tetjadi pada saat tingkat-tingkat harga umum menurun). Sekarang ini, kita menghitung inflasi dengan menggunakan indeks harga rata-rata tertimbang dari ribuan harga produk individual. Indeks harga konsumen (IHK) mengukur biaya sekelompok barang konsumsi dan jasa-jasa secara relatif terhadap biaya untuk kelompok yang bersangkutan selama tahun dasar tertentu. Deflator GNP adalah harga GNP.
Ketiga, sampai perang dunia II, harga-harga meningkat selama masa perang dan jatuh lagi sesudahnya. Saat ini, kita melihat bahwa inflasi meningkat selama masa booming dan menurun selama resesi. Tetapi keseluruhan tingkat harga hampk tidak pernah turun. Keempat, seperti wabah penyakit, inflasi muncul dalam berbagai bentuk. Kita umumnya melihat inflasi yang moderat di Amerika Serikat (beberapa persen per tahun). Kadang-kadang, inflasi ganas menghasilkan peningkatan harga 50, 100 atau 200 persen per tahun. Hiperinflasi muncul jika terjadi pencetakan uang secara berlebihan, dan harga-harga mulai meningkat beberapa kali lipat dalam setiap bulan. Secara historis, hiperinflasi selalu berhubungan dengan perang dan revolusi.
Kelima, inflasi mempengaruhi perekonomian melalui redistribusi pendapatan dan kekayaan, dan melalui perubahan tingkat dan efisiensi produksi. Apabila inflasi dan deflasi seimbang dan terantisipasi, seluruh harga dan upah diharapkan bergerak dengan persentase yang sama, tanpa menguntungkan atau merugikan siapapun dalam prosesnya. Bentuk inflasi ini jarang terjadi, inflasi yang tidak dapat diramalkan biasanya menguntungkan para debitur, pencari laba, dan spekulator pengambil resiko. Inflasi akan merugikan para kreditur, kelompok berpendapat tetap, dan investor yang tidak berani berisiko. Keenam, mengingat biaya-biaya inflasi yang cukup besar, mengatasi inflasi adalah suatu sasaran utama kebijaksanaan ekonomi makro. Inflasi yang tidak seimbang mendistorsi harga-harga relatif, tingkat pajak dan suku bunga nil. Masyarakat akan lebih sering pergi ke bank, pajak akan meningkat, dan pendapatan akan terganggu. Juga inflasi yang tidak terantisipasi mendorong investasi yang keliru dan menurunkan moral serta redistribusi pendapatan secara random. Pada saat masyarakat menentukan langkah untuk menurunkan inflasi, biaya-biaya riil dari langkah-langkah tersebut akan menurunkan output dan   merusak kesempatan kerja.
Ketujuh, setiap waktu, perekonomian memiliki laju inflasi inersial atau tingkat perkiraan inflasi yang tertentu. Yaitu tingkat di mana masyarakat telah mengantisipasinya dan tingkat yang telah dimasukan ke dalam kontrak-kontrak dan perjanjian-perjanjian tenaga kerja lainnya. Laju inflasi inersial dapat bergerak lambat dengan tingkat yang sama setiap tahun tanpa kecenderungan yang kuat untuk naik atau turun. Laju inflasi inersial adalah keseimbangan jangka pendek, dan berlangsung  terus  menerus  sampai  terjadi guncangan pada perekonomian. Kedelapan., dalam kenyataan, guncangan harga yang tak putus-putusnya selalu melanda kegiatan ekonomi. Jenis guncangan utamah yang mendorong laju inflasi melebihi tingkat inersial adalah tarikan permintaan dan desakan biaya. Inflasi tarikan permintaan terjadi apabila terlalu banyak permintaan atas barang yang terlalu sedikit, yang menyebabkan kurva permintaan agregat bergeser naik dan ke kanan. Akibatnya adalah tingkat upah dan harga pun melonjak dipasar. Inflasi desakan biaya merupakan gejala baru dalam sistem perekonomian industri modern. Keadaan ini terjadi bila biaya-biaya produksi naik walaupun dalam periode pengangguran tinggi dan kapasitas menganggur.
Kesembilan, Kurva Phillip menunjukan hubungan terbalik antara inflasi dan penganguran. Dalam jangka pendek, menurunkan salah satunya berarti meningkatkan yang lain. Kesepuluh, Teori inflasi modern berdasarkan pada konsep tingkat pengangguran alamiah adalah tingkat terendah yang dapat dipertahankan tanpa resiko karena kenaikan inflasi yang berbentuk spiral. Kondisi ini merupakan tingkat pengangguran dari sumber-sumber daya dimana pekerja dan pasar produk berada pada keseimbangan.

Daftar Referensi

Boediono, Ekonomi Makro (Sinopsis), BPFE-UGM, Yogyakarta, 2001. 
Info Bank, Penyesuaian Suku Bunga Riil, Edisi Juli 2001. 
Kompas, Dampak Inflasi, Edisi 22 April 2004. 
Nopirin, Ekonomi Moneter, BPFE-UGM, Yogyakarta, 2003.
Sadono Sukirun, Pengantar Teori Makro Ekonomi Edisi Kedua, (PFE-UI, Jakarta, 2005. 
Samuelson Paul A. dan Nordhaus William D "Makro Ekonomi", Edisi Keempat Belas
             (Terjemahan), (PFEUI-Jakarta, 2004.
Soedarsono, Ekonomi Makro, LP3ES, Jakarta, 2000.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar